RSS Feed

Monday, October 05, 2009

Sendiri di Keramaian...-part1-

“Kok sendiri, mba??” Tanya kasir sebuah mini market beberapa waktu lalu. Entah sudah kali keberapa dia bertanya dengan pertanyaan yang itu-itu saja.
Aku mesem. Ga tau mesti jawab apa, sebab faktanya memang aku sendiri. Lagipula iseng banget sih si mba kasir ini, pake tanya2 kok sendiri pula. Memangnya mba kasir itu pernah lihat aku datang rame2 apa? Eh…justru mungkin dia tanya begitu krn dia ga pernah lihat aku pergi dengan selain diriku kali ya. Aahhh…emang gue pikirin.

“Sendirian aja, mba…,”
sapa seorang ibu tak jauh dari rumah kosku ketika aku pergi ke kampus.
Aku hanya mengangguk kecil, sambil tersenyum tentunya. Bingung juga mesti jawab apa. Rasanya itu bukan pertanyaan, jadi kayanya ga perlu dijawab. Atau jikapun pertanyaan, pasti pertanyaan retoris, alias ga butuh jawaban. Aahhh mungkin hanya basa-basi. Tapi basa-basi yang tepat sasaran. Mungkin si ibu berpikir sudah berkali-kali melihat aku mondar-mandir di jalan depan rumahnya seorang diri. Pergi sendiri pulang pun sendiri. Berbeda dengan anak-anak kampus lainnya yang pergi dan pulang selalu bersamaan. Minimal berdua. Hehe…ibu..ibu…lalu aku bergumam sambil terkekeh dalam hati. Mereka kan masih s1 bu. Aku ini kuliah master bu. Jadi kemana2 sendiri juga ga masalah, lebih tepatnya bukan masalah. Lho, memangnya ada hubungan ya antara kesendirian dengan tingkatan kuliah?? Hahaha…bisa jadi kali ya…nanti akan kita bahas di tulisan yang lain.

“Duduk sendiri, de?” Kondektur kereta eksekutif jurusan Surabaya itu bertanya sambil meminta tiketku. Aku tersenyum –lagi- sambil mengangguk.
Huff…entah sudah berapa banyak pihak, baik yang tidak kukenal apalagi yang kukenal, menanyakan tentang kesendirianku. Aku jadi berpikir, salahkah masih sendiri?? Apa mengganggu kalo aku kemana2 sendiri?? Salah2 nanti kalo aku bawa sekampung dikirain mau demo lagi. Duuh…susah ya…


Dari cuplikan scene yang aku jalani di atas, aku jadi sedikit berpikir tentang kesendirian. Bahwa ada kalanya sangat nyaman menjadi sendiri, tak perlu bertanggungjawab pada siapapun, hanya cukup menjaga diriku sendiri. Tapi ketika berada di keramaian, dimana sepasang mataku hanya bisa menangkap orang2 dengan pasangannya, seketika kesepian itu menyergap. Dan aku menyadari betapa sendiriannya aku. Saat kulihat di samping kiri dan kananku tak ada seorangpun yang nyata yang bisa kuajak bicara atau sekadar tertawa ringan, aku baru mengerti bahwa sendiri itu tak cukup menyenangkan. Huff…

Tapi…aku memilih untuk jadi orang yang bahagia, terlepas bagaimanapun keadaanku saat ini. Kupikir tidak perlu menunggu menjadi berdua atau bertiga untuk jadi bahagia. Siapa yang bisa menjamin dengan mendua atau mentiga aku bisa lebih senang dari yang kujalani sekarang. Yeah…meski tak bisa kupungkiri mungkin akan lebih bahagia jika tak lagi menjadi tunggal putri.
Hmm…jadi ingat seorang teman ketika kuliah sarjana dulu. Saat kutanya, “keliatannya kemana2 sendirian aja nih, teh?” Bisa menebak apa jawabannya??

“Aahh…ntar juga dikubur sendiri kok…”


Can’t say anything other…
And I was smiling then…

No comments:

Post a Comment