RSS Feed

Saturday, October 17, 2009

Biasa-biasa Saja...

-First-

Ia lahir dgn biasa2 saja. Kemudian masa kecilnya dihabiskan dng hal2 yg biasa2 saja. Menginjak remaja, alur hidupnya pun tak berubah, biasa2 saja. Mulai dari ucapannya yg biasa2 saja, pemikiran yg biasa2 saja, aktivitasnya yg juga biasa2 saja, hubungan dgn orang2 di sekitarnya pun biasa2 saja. Ya, semuanya biasa2 saja. Dan hal itu berlanjut hingga ia mulai dipandang dewasa baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain di luar dirinya. Ia masih menjadi yg biasa2 saja.

Tak ada yg istimewa yg bisa dibanggakan, karena ia biasa2 saja. Sekolah di tempat yg biasa2 saja dng prestasi yg biasa2 saja. Kegiatan kemahasiswaan yg ia ikuti pun biasa2 saja. Dan kalaupun ia tergabung dalam kegiatan yg ‘wah’ maka ia tetap menjelma menjadi sosok yg biasa2 saja. Totalitas dan loyalitas yg ia keluarkan demi suksesnya kegiatan pun biasa2 saja.

Dan kemudian dia pun lulus dari studinya dgn gelar sarjana yg biasa2 saja. Selang beberapa waktu ia memperoleh pekerjaan yg juga biasa2 saja. Akhirnya menikah. Singkat cerita, setelah ia punya anak, punya cucu, kemudian tua. Dan akhirnya meninggal dunia.

-Done-


Kisah singkat dari seseorg yg biasa2 saja. Seseorg yg menghabiskan usianya dgn biasa2 saja. Tak ada gebrakan yg membuat hidupnya menjadi ‘lebih’ dari biasa2 saja. Sementara dgn yg ‘lebih’ itu, hidupnya mungkin akan terasa makin berwarna. Kehadirannya mungkin akan semakin membawa manfaat, tidak hanya utk dirinya tapi juga utk orang lain.

Menjadi ‘lebih’ dari biasa2 saja bukan bermaksud utk memperlihatkan kekuatan diri sehingga menjadikannya sombong. Bukan itu. Tapi lebih kepada pengoptimalan usaha diri utk mengembangkan potensi yg dimiliki. Sebab kebanyakan masih tak menyadari, bahwa setiap manusia dilengkapi dng potensi diri yg sama, boleh jadi punya peluang yg sama meraih sukses meski dengan jalan yg berbeda. Sebab mayoritas masih meragu bahwa apa2 yg ada dalam dirinya adalah ‘lebih’ dari biasa2 saja.

Saya berkali2 mengingatkan si Aku, bahwa sesungguhnya yg membedakan seseorg yg biasa2 saja dng org yg ‘lebih’ dari biasa2 saja itu terletak pada pengupayaannya. Pada setiap titik ikhtiar yg dilewati. Pada setiap keteguhan mental yg dimiliki. Pada setiap doa yg terpanjat tak henti2. Kita harus percaya bahwa kita bisa ‘lebih’ dari biasa2 saja. Bahwa kita mampu melakukan sswt yg ‘lebih’ dari biasa2 saja. Bahwa setiap yg ‘lebih’ dari biasa2 saja itu akan mendatangkan manfaat yg juga lebih dari biasa2.

Masih terlalu dini utk puas terhadap potensi diri yg mungkin baru sepersekian persen kita ketahui. Karena masih begitu banyak sisi gelap diri yg belum kita terangi. Masih banyak kelebihan2 diri yg belum selesai digali. Jangan sampai sisi gelap yg belum terterangi dan kelebihan2 diri yg belum selesai tergali itu menjadi bom waktu yg dapat meluluhlantakkan apa2 yg sudah dijalani. Atau malah jadi boomerang bagi diri sebab ketidaktahuan di bagian mana ia bisa berekspresi mngembangkan diri.

Menjadi sunatulloh jika segala sesuatu yg Alloh ciptakan selalu dua berkebalikan. Siang-malam, tinggi-rendah, suka-duka, kuat-lemah, mudah-sulit, dan lain2. Yang masing2 keduanya ada untuk saling menopang satu sama lain, bukan malah menjatuhkan dan membuatnya tak berkembang. Pada akhirnya semua hal2 yg berkebalikan itu mengantarkan lisan pada satu kata: bersyukur. Memuarakan setiap langkah pada satu tekad: mardlotillah (mencari wajah Alloh).

Adanya kelemahan harus disyukuri, sebab itu yg membuat kita sempurna jadi manusia. Tapi tak selesai sampai disitu. Kita ga bisa menjadikan kelemahan sebagai kunci bermalas2an dan ga mau berusaha, itu picik namanya. Pun ketika kita memperlakukan kekuatan yg kita miliki, syukuri. Sebab dgn itu kita bisa berbuat lebih banyak yg berarti, ga hanya buat diri tapi juga buat orang2 tercinta di sekitar kita. Ga masalah meski kita hanya bisa melakukannya dalam skala kecil. Ukuran itu bisa jadi relative, yg lebih utama adalah kebermaknaan yg bisa kita ambil dalam menjalaninya.

Jangan berorientasi pada kelemahan dan kekurangan yg ada pada diri hingga akhirnya membawa kita pada ketidakpercayaan bahwa kita mampu lakukan yg lebih. Jangan terpaku pada semua cela dan khilaf yg telah dilakukan diri hingga akhirnya menyeret langkah pada keputusasaan, sementara pintu tobat belum kita sentuh dan kita hampiri sama sekali.

Akhirnya, janganlah jadi manusia yg hanya biasa2 saja, dng ucapan yg biasa2 saja, dng pemikiran yg biasa2 saja, dng apa2 dalam hidup yg biasa2 saja. Sementara dng yg ‘lebih’ dari biasa2 saja, kita mampu melihat siapa diri kita sebenarnya, sehingga keberadaan kita benar2 membawa manfaat. Sehingga keberadaan kita menjadi problem solver atau peace maker atau apalah. Dan bukan menjadi trouble maker.

Janganlah jadi hamba yg biasa2 saja, amalan wajib yg dilakukan secara biasa2 saja, sunnah yg biasa2 saja, dan kegiatan2 ibadah yg biasa2 saja. Sementara dng yg ‘lebih’ dari biasa2 saja, kita bisa selangkah lebih dekat denganNYA, kita bisa pertebal kantong perbekalan amal kita menuju alam yg lebih kekal nanti. Sehingga kita bisa menjadi hamba yg dinaungiNYA dng cinta yg ‘lebih’ dari biasa2.

Allahua’lam

p.s. si Aku menebar asa, smg bisa jadi lebih dari yg biasa2...^^

No comments:

Post a Comment