RSS Feed
Showing posts with label Indonesia Berprestasi. Show all posts
Showing posts with label Indonesia Berprestasi. Show all posts

Sunday, May 02, 2010

TAWA DALAM WAJAH SENDU PENDIDIKAN BANGSA

Indonesia Berprestasi

Tanggal 26 April 2010 lalu mungkin menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu sekaligus tidak akan terlupa bagi siswa-siswi kelas XIII SMA se-Indonesia. Betapa tidak, di tanggal itu sebuah keputusan besar dikumandangkan secara akbar di seluruh selasar nusantara. Keputusan yang akan menentukan masa depan keberlangsungan pendidikan mereka. Ya, hasil Ujian Nasional 2010.

Begitu antusiasnya para pelajar bangsa ini menanti hasil ujian mereka sampai-sampai dikabarkan oleh Antara, ratusan siswa SMA Negeri 1 Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon menyerbu Kantor Pos Sumber, Senin sekitar pukul 10.00 WIB sebab tidak sabar ingin mengetahui hasil ujian nasional (UN)1. Mereka menghadang petugas pos yang akan mengirimkan surat pemberitahuan pengumuman yang rencananya akan dibagikan ke rumah siswa masing-masing. Bahkan di Samarinda, menurut berita Antara, sebanyak 300 polisi dari berbagai satuan di Poltabes Samarinda, Kalimantan Timur, dikerahkan tidak hanya untuk mengawal pengumuman hasil ujian nasional, tetapi demi alasan pengamanan agar pengumuman UN di Samarinda berjalan lancar, tertib dan aman2.

REAKSI YANG TERJADI

Ada guratan-guratan cemas yang menjadikan mendung di wajah anak-anak bangsa itu. Dari Tarakan misalnya, ditemui Tribunkaltim.co.id., Hasriyani mengungkap kesedihannya ketika membuka lembaran pengumuman tersebut, ia dinyatakan harus mengulang kembali ujian Mei nanti. Ia menangis tanpa perlu aba-aba. "Yah Allah kenapa bisa seperti ini padahal setiap hari aku belajar, dan setiap hari aku berdoa kepadamu. Kenapa aku bisa mengulang lagi," ujarnya diiringi airmata3.

Bahkan Desi salah satu pelajar jurusan IPA di MAN, terlihat syok saat membuka lembaran pengumuman kelulusannya. Gadis berusia 17 tahun itu sontak menangis sambil menjerit. "Mama aku tidak mau mengulang. Mama aku mau mati saja. Pokoknya mau mati saja daripada harus mengulang," teriaknya sembari di peluk mama tercinta4. Ah, pilu hati ini.

Lain halnya bagi mereka yang didaulat lulus. Tentu sudah tak terkatakan bahagia yang dirasa. Sebut saja Irfansyah, siswa SMAN 2 Bandarlampung. Ia berujar, seperti yang dilansir oleh media ANTARA News di Bandarlampung, "Saya merasa sangat bersyukur karena satu tahapan hidup saya sudah selesai. Sekarang tinggal memikirkan langkah ke depan.” Ada cerah di wajahnya, secerah harapannya mencoba ikut ujian masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia5. Semoga berhasil, nak.

HASIL YANG DIDAPATI

Tak menjadi sangkalan ketika hasil UN 2010 ini digemakan masih ada saja pihak-pihak yang tidak puas dan merasa menjadi korban. Lulus dan tidak lulus menjadi sebuah harga mati yang tak bisa ditawar. Aah…andai boleh berkata andai: andai saya memiliki argumen yang juga berharga mati untuk menolak adanya UN, yang seolah menyingkirkan proses pembelajaran selama 3 tahun itu. Sebab, seperti yang diungkap oleh pakar pendidikan dari Unesa, Martadi MSN, “Hasil unas dipakai untuk masuk perguruan tinggi.”

Satu hal yang kemudian juga perlu dihayati yakni UN bukan menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan pendidikan. Wali Kota Surabaya, Bambang D.H. seperti yang dikutip Jawa Pos menambahkan, "Itu hanya salah satu indikator keberhasilan.”6 Namun nyatanya saya masih seorang pendidik awam yang saat ini hanya baru bisa berusaha membuat siswa-siswa saya nyaman belajar di kelas dan tidak merasa ‘menderita’ sebab keberadaan saya.

Dari Jakarta, Metrotvnews.com mengabarkan hasil ujian nasional (UN) sekitar 12.583 siswa sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jakarta tahun ajaran (TA) 2009/2010 yang tidak lulus hampir 10 persen, tepatnya sekitar 9,4% dari jumlah siswa yang ikut ujian akhir total 133.866 peserta. Sebanyak 90,6% peserta lainnya dinyatakan lulus7.

Lain halnya di Denpasar dikutip dari berita ANTARA, tingkat ketidaklulusan Ujian Nasional 2010 untuk siswa SMA/SMK di Bali hanya 2,75 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan persentase provinsi lainnya di Indonesia. Dari 25.562 siswa yang mengikuti ujian, 702 orang diputuskan mengikuti ujian ulang Mei nanti8. Selain menempati posisi wilayah yang persentase ketidaklulusannya paling rendah, provinsi Bali didaulat sebagai pencapai nilai rata-rata UN tertinggi dari 34 provinsi di Indonesia yaitu sebesar 8,089.

Ada haru yang mengiringi jejak kenaikan persentase kelulusan tahun ini, ada sedikit pilu yang mengikuti penurunan persentase ketidaklulusan di berbagai daerah. Naik dan turunnya persentase kelulusan seharusnya tidak berhenti pada kata puas dan kurang puas semata, melainkan hendaknya menjadi bahan renungan untuk semua pihak. Aah..membaca beberapa hasil UN dari berbagai penjuru daerah dimana angin dari sumber yang sama berhembus, membuat saya merasa perlu memancangkan kembali hati di jalur ini. Saya ingin ada untuk mereka, menjadi salah satu pihak yang ikut mengantarkan siswa-siswa saya ke kesuksesannya.

SOLUSI Di 10-15 MEI NANTI

Ketidaklulusan untuk sebagian pihak mungkin bukan celaka, tapi bagi mereka yang merasakannya itu adalah malapetaka. Banyak duga yang disinyalir sebagai faktor ketidaklulusan siswa. "Ada kemungkinan turunnya persentase kelulusan ujian nasional (UN) tahun ini akibat siswa terpengaruh bocoran jawaban yang beredar di kalangan peserta menjelang pelaksanaan ujian," kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Suyamsih, yang dilansir berita Antara di Sleman beberapa waktu lalu10.

Siapakah yang patut menjadi sasaran kesalahan sebab adanya bocoran itu??

Ah…sudahlah, masih banyak hal pokok dan lebih penting ketimbang mencari pelaku macam itu. Berbagai upaya dilakukan beberapa pihak khususnya pihak sekolah untuk mengantisipasi ketidaklulusan siswa-siswanya yang tidak hanya soal perbaikan akademik tetapi juga sisi psikis yang banyak menyerang siswa.

Solusi ditawarkan oleh SMAN 55 di daerah Duren Tiga contohnya, yang menyelenggarakan ‘Klinik Pembelajaran’, yakni semacam kegiatan pembelajaran intensif yang ditujukan bagi siswa-siswa yang belum lulus. Tujuannya yakni mempersiapkan ke-29 siswa agar berhasil melewati ujian nasional ulangan yang dimulai 10 Mei mendatang11.

"Pendekatan kepada siswa bukan hanya akademis, melainkan juga non-akademis. Misalnya, (pendekatan) secara personal dan psikologis karena dia mengalami stres. Jangan malah dimarahi," ujar Pono Fadlulah, Kepala SMAN 68, Salemba, Jakarta Pusat, yang ditemui KOMPAS Senin lalu12. Sebab menurutnya lagi masalah ketidaklulusan itu bukan hanya salah siswa dan gurunya. Ada banyak faktor. Dengan tertunda kelulusannya ini saja siswa sudah punya beban psikologis berat.

Dan bagi mereka yang lulus, Kepala Dinas Pendidikan DKI Taufik Yudi Mulyanto mengharapkan, perlu introspeksi diri sebab masih ada studi lain untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi13. Beliau mengingatkan bahwa masih ada teman-teman sesama pelajar yang belum lulus, dan memerlukan suntikan motivasi yang lebih sehingga bisa kembali ceria menjalani intensif untuk perbaikan UN sekitar tanggal 10-15 Mei mendatang.

Ah…banyak ekspresi di hari bersejarah itu yang bisa ditangkap dan diabadikan tidak hanya oleh kamera-kamera canggih, melainkan oleh kedua mata dan hati ini. Betapa rona cemas, lantunan doa dan harap, gelak tawa bahkan dentuman syukur serta hujatan disertai airmata melarut sempurna tanpa bias. Namun di sudut-sudut hati kami para pendidik, dua hal yang berseberangan, tawa-duka, sedih-bahagia, lulus-mengulang, di hari itu menjadi satu moment yang mendilemakan bathin dan benak. Secuil harap yang terus mendzikir di lisan-lisan kami, semoga tahun depan hanya ada satu emosi yang bisa dipilih: BAHAGIA. Hanya ada satu kata untuk semua: LULUS.

Meski untuk itu kami, para pendidik, harus merogoh waktu lebih banyak, berkutat lebih giat dalam membelajarkan siswa-siswa kami, memutar otak lebih sering mencari ‘jalan halal’ demi meluluskan putera-puteri bangsa dengan kebanggaan yang tiada bisa berbalas nilai. Sebab di tangan mereka, kelak kedaulatan Indonesia digenggam.

Selamat hari pendidikan. Semoga wajah sendu dalam dunia pendidikan bangsa kita bisa berganti tawa dengan sejuta kemajuan sehingga bisa mendudukan Indonesia pada bilangan belahan dunia kedua, bukan lagi ketiga.


*Untuk bangsa tercinta beserta isinya...

Sumber Bacaan:

1 (http://www.antara.co.id/berita/1272281290/ratusan-siswa-peserta-un-serbu-kantor-pos)

2 (http://www.antara.co.id/berita/1272283484/polisi-kawal-pengumuman-un)

3 dan 4 (http://www.tribunkaltim.co.id/read/artikel/55506)

5 (http://www.antara.co.id/berita/1272261433/ribuan-siswa-sma-bandarlampung-rayakan-kelulusan)

6 (http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=detail&nid=130547)

7 (http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/04/26/16286/Siswa-SMA/SMK-di-Jakarta-hampir-10-Persen-tidak-Lulus-)

8 (http://www.antara.co.id/berita/1272262318/di-bali-tidak-lulus-un-hanya-2-75-persen)

9 (http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=62625)

10 (http://www.antara.co.id/berita/1272283238/bocoran-un-biang-keladi-ketidaklulusan)

11 (http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2010/04/26/brk,20100426-243221,id.html)

12 (http://edukasi.kompas.com/read/2010/04/26/16433759/Pendekatan.Psikologis.Siswa.Tak.Lulus-5)

13 (http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=62625)

Friday, April 23, 2010

GELIAT ANAK BANGSA MENUJU PENDIDIKAN SEMESTA


Indonesia Berprestasi



Orang yang berpendidikan selalu bisa menyelesaikan masalahnyaHj. Maqbul, Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Yang penting punya penghasilan, pendidikan itu penting kalau ada koneksiHj. Sarbini, Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Dua pernyataan yang saya ingat ketika menyaksikan film nasional bertajuk Alangkah Lucunya (Negeri Ini) besutan sutradara kawakan Deddy Mizwar. Sesaat saya tertawa, sembari berpikir, tentunya kedua haji tersebut tidak serta merta mengeluarkan kalimat sakti mereka tentang pandangannya terhadap pendidikan. Sangat diakui bahwa permasalahan pendidikan cukup krusial dan memiliki porsi yang seharusnya lebih besar untuk diselesaikan. Kita tidak bisa tidak acuh dengan kenyataan banyaknya pendapat bahwa antara yang tidak berpendidikan dan yang berpendidikan itu sama saja: sama-sama sulit mencari kerja.

Seperti argumen salah seorang anak jalanan pada sebuah forum diskusi:

“Untuk apa sekolah? Paling hanya untuk mendapatkan selembar kertas (ijasah –red). Untuk apa ijasah? Untuk bisa dapat kerja? Ga ada jaminan kalo sekolah bisa kerja. Lulusan-lulusan terkenal aja bisa nganggur, belum lagi ijasah yang bisa dibeli. Mendingan juga langsung kerja, umur ga sia-sia, terus dapat duit juga.”1

Tapi kemudian, pertanyaan saya dalam benak, apakah pendidikan hanya sebatas untuk mencari kerja?

PENDIDIKAN DAN FAKTA YANG MENGELILINGI

Tidak bisa menutup mata jika pendidikan di Indonesia masih belum semaju pendidikan di negara-negara lain, bahkan di negara-negara serumpun. Laporan Monitoring Global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO tahun 2005, posisi Indonesia berada pada nomor 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik, posisi pertama diraih oleh Thailand. Sementara menurut hasil survei World Competitiveness Year Book tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menduduki posisi 53.2 Dan info terakhir mengenai kualitas pendidikan Indonesia seperti yang dituturkan Jusuf Kalla, Indonesia berada di urutan 160 dunia dan urutan 16 di Asia.3 Namun kenyataan tersebut bukan menjadi alasan bagi kita untuk menghujat pendidikan di negara ini sekarat. Melainkan sebagai lonceng keras bahkan cambukan kuat untuk kita memicu diri ikut membantu membangunkan pendidikan negara kita yang masih tertidur lelap.

Lalu permasalahannya dimana? Mungkin pertanyaan itu mampir di benak siapa saja yang melihat kondisi pendidikan di negara kita. Dan saya jadi teringat jawaban seorang dosen salah satu universitas di Surabaya ketika ditanya soal tersebut.

Jika Anda bertanya tentang letak masalah pendidikan Indonesia, maka sama halnya Anda bertanya dimanakah letak sudut sebuah bolaProf. Sunarto, UNESA

PENDIDIKAN DAN DEDIKASI

Katakanlah Indonesia masih tertinggal dalam hal mutu pendidikan. Katakanlah kualitas sarana fisik masih rendah sehingga sulit mengoptimalkan kemampuan siswa. katakanlah keadaan guru yang belum berada pada level rata-rata profesionalisme menjalankan tugas. Katakanlah kesejahteraan guru pun masih belum ideal. Katakanlah pencapaian prestasi anak-anak Indonesia di mata internasional masih berada pada tingkat yang mengkhawatirkan (tingkat penguasaan materi bacaan soal-soal Fisika dan Matematika hanya 30% ). Katakanlah kesempatan pendidikan yang belum merata sebab biaya pendidikan yang mencekik leher dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan berfinansial lebih.4 Katakanlah masih adanya budaya katrol mengatrol nilai bahkan membentuk tim sukses ketika ujian nasional.5 Katakanlah Indonesia memiliki kebiasaan berganti kurikulum seiring dengan bergantinya menteri.6

Lalu salah siapa terjadi demikian?

Tak penting rasanya mencari siapa yang patut dipersalahkan, sebab bagai meluruskan benang yang kusut, sementara kekurangmajuan pendidikan kita masih terus melarut dalam senyawa kehidupan, tidak hanya di tingkat Asia melainkan di seluruh dunia.

Hal bijak yang bisa dilakukan saat ini adalah berkaca pada diri sendiri lalu melihat posisi kita, entah sebagai pendidik, pengambil keputusan lembaga pendidikan, pengamat pendidikan, orangtua, masyarakat umum biasa, bahkan sebagai diri siswa itu sendiri, tetap harus memiliki andil dalam kemajuan dunia pendidikan Indonesia, sekecil apapun itu. Sebab kita ada untuk membuat pendidikan jadi tak lebih rumit, syukur-syukur menjadi salah satu pandu yang mengangkatnya ke permukaan dunia. Sebab kita hadir tidak semata-mata menjadi penggembira melainkan pioneer yang menggerakkan pendidikan negara dari keterdiamannya. Sudah saatnya anak-anak bangsa menjadi sorotan semesta, bukan lagi penonton yang hanya bertepuk tangan dan tertawa di pinggir arena.

PENDIDIKAN DAN INOVASI

Mengutip pernyataan di sebuah ulasan tentang pendidikan terbaik di dunia, Finlandia, yaitu Education is a factor for competitiveness.7 Saya yakin semua bangsa sependapat dengan hal tersebut, termasuk Indonesia. Kita tak perlu merasa bersusah hati sebab belum mampu mengungguli banyak negara soal pendidikan. Yang perlu dilakukan adalah tetap berusaha membuat masyarakat sekitar pada umumnya dan generasi-generasi bangsa khususnya, percaya bahwa pendidikan merupakan alat untuk memajukan diri dan negeri ini. Terbukti sudah banyak inovasi yang dilancarkan demi menaikkan kualitas pendidikan kita. Pemerintah dan semua elemen masyarakat sedikit banyak telah menawarkan solusi dalam upaya pengentasan problema pelik ini.

Mulai dari sertifikasi guru8 yang diniati untuk meningkatkan kesejahteraan pendidik yang kemudian diharapkan berdampak pada kinerja di lapangan: menjadi lebih berenergi dan bersemangat membantu siswa menggali ilmu yang ada dan mengembangkan potensi diri siswa. Dana BOS yang tahun ini mengalami kenaikan sebagai upaya memenuhi anggaran pendidikan 20 persen dalam APBN9 sehingga bisa sedikit-sedikit membantu ketidakmampuan siswa soal pembiayaan sekolah.

Lalu penelitian-penelitian tentang metode/strategi/pendekatan/model pembelajaran dari para sarjana, master, dan doktor bahkan profesor di bidang pendidikan yang tujuannya agar pembelajaran yang dilakukan siswa lebih efektif, efisien, tepat sasaran dan sesuai instruksi pengajaran. Dan yang cukup menarik akhir-akhir ini yaitu paradigma baru pendidikan yang mulai beralih dari teacher center menjadi student center, dimana siswa tidak hanya diberi keleluasaan untuk mengontruksi dan menemukan pengetahuannya sendiri dengan guru sebagai fasilitator, melainkan siswa juga dibantu oleh para pendidik mengoptimalkan seluruh kemampuannya, baik gaya belajar, kecenderungan kecerdasan ganda, tingkat perkembangan kognitif sampai kepribadian (termasuk IQ, EQ, SQ).

PENDIDIKAN DAN HATI

Tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pasti atau ilmu sosial, melainkan untuk mendidik siswanya sehingga memiliki tanggungjawab dan mengarahkan mereka menjadi manusia yang berbudi luhur. Inilah dua tugas guru yang tidak mudah. Sebab mereka para guru harus mampu membentuk karakter dan mencerdaskan anak didiknya. Jadi profesi guru itu bukan hanya sekedar pelampiasan atau jalan alternative mencari nafkah. Ada tugas besar disana. Dimana hanya orang-orang yang punya komitmen tegar yang mampu bersabar di jalan itu.

Sepertinya kita perlu belajar pada guru-guru Finlandia.

Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.10

Dan kini wajah pendidikan kita sudah mulai ‘ramah’. Maraknya kasus yang melibatkan emosi bahkan menghadirkan polisi dalam ranah pendidikan ternyata cukup membuat sebagian pendidik berpikir bahwa dunia telah berubah, karakteristik anak-anak yang lahir pun telah jauh berbeda. Perlu ada penyesuaian dalam pengajaran. Dan ‘mendidik dengan hati’ diyakini menjadi salah satu teknik penting yang harus diikutkan dalam interaksi guru-siswa. Sudah saatnya iklim pendidikan kita menyemaikan situasi yang dapat menyuburkan spirit mendidik dengan hati. Belakangan buku-buku bertema ini mulai bermunculan di pasaran, sebut saja salah satunya karya yang dilahirkan oleh seorang Doni Ronnie M berjudul Seni Mengajar Dengan Hati.11

PENDIDIKAN DAN TUJUAN TERTINGGI

Jika ditanya apa pendidikan sebenarnya, maka jawabannya bisa berupa-rupa. Namun idealnya tetap mengacu pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.12

Wah, ideal sekali ya. Tapi bagi saya pribadi pendidikan bukan hanya sekedar untuk mencari kerja semata. Ada tugas yang lebih bermakna dari itu. Pendidikan merupakan alat untuk menciptakan, memajukan sekaligus menjaga peradaban manusia. Dan generasi bangsa ini perlu mengecap pendidikan sebab di tangan mereka keberlangsungan dan eksistensi negeri Indonesia Raya Tercinta ini dipertaruhkan. Di pundak2 mereka tanggungjawab, amanah, tugas perkembangan dan kesejahteraan tanah kaya ini digenggam.

Lalu akan dibawakah kemanakah pendidikan Indonesia ini? Yang lebih baik pastilah. Dan menuju kesana dibutuhkan cara-cara baik pula. Tak cukup hanya niat, meski dengan kekuatan terbatas, harus tetap melakukan perubahan. Perlu tekad yang tidak hanya bulat, tapi juga kuat dan terintegritas satu sama lain. Yah, semoga dengan kontribusi kita, sesederhana apapun itu, bisa memberikan sedikit binar pada gemintang pendidikan anak bangsa.

***

SUMBER BACAAN:

1. (http://www.sonermax.com/showthread.php?t=74)

2. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesia-ranking-109-malaysia-61/)

3. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/kualitas-pendidikan-indonesia-urutan-ke-160-dunia/)

4. (http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-sekarang/#more-3)

5. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesia-ranking-109-malaysia-61/)

6.(http://km.itb.ac.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=80:pendidikan-di-indonesia&catid=63:diskusi-isu-pendidikan&Itemid=109)

7. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/25/education-system-of-finlandia/)

8. (http://edukasi.kompas.com/read/2009/09/28/20192588/Dinas.Pendidikan.Perlu.Fokus.pada.Penataan.Guru)

9.(http://www.news.id.finroll.com/news/14-berita-terkini/49660-____depdiknas-buat-terobosan-di-bidang-pendidikan____.pdf)

10. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/negara-dengan-kualitas-pendidikan-terbaik-di-dunia/)

11. (http://www.danironniem.com/2009/06/buku-seni-mengajar-dengan-isi.html).

12. (http://duniapendidikan.wordpress.com/2008/01/28/kepribadian-pendidikan-indonesia/#more-15)