RSS Feed

Monday, November 23, 2009

Dan Ketika Hujan...


Hujan itu gelap…
Hujan itu dingin…
Hujan itu basah…
Hujan itu becek…
Hujan bisa bikin jalanan macet
Hujan bisa menghapuskan jejak make up
Hujan bisa bikin flu
Hujan bisa bikin ngantuk
Tapi yg pasti hujan ga berhenti2 bisa bikin banjir

***

Saya tertawa membaca isi pesan singkat seorang teman tentang kenapa dia tak ‘bersimpati’ pada hujan. Kemudian saya terpekur dalam di keheningan saya, dalam derasnya guyuran hujan di luar sana. Kenapa saya justru sangat suka hujan? Kenapa hadirnya malah membuat saya nyaman?

Hujan itu kan anugerah. Pemberian Tuhan yg indah.

Sebab melalui hujan DIA menghidupkan bumi sesudah matinya (Al Jaatsiyah ayat 5).
Sebab setelah hujan DIA tumbuhkan segala macam tumbuhan yg baik2 (Luqman ayat 10).
Sebab DIA menjadikan hujan untuk mensucikan manusia, menghilangkannya dari gangguan2 syaithon, menguatkan hati dan meneguhkan pijakan kakinya (Al Anfaal ayat 11).
Sebab hujan adalah tanda bagi kaum yg berpikir (As Sajdah ayat 27).

Hujan memberikan alasan untuk seseorang berhenti di jalan dan mencari naungan. Memberikan ruang untuk berpikir tentang bagaimana hujan bisa turun dan meneduhkan hawa yg panas. Menyisihkan waktu sejenak untuk kemudian merenung betapa ditunggunya hujan bagi petani yg sawahnya hampir kering krn persediaan air kurang, betapa bermanfaatnya hujan untuk menderaskan aliran sungai sehingga generator turbin bisa bergerak dan listrik pun menyala, betapa menguntungkannya hujan bagi para pengojek payung mengais rejeki, betapa berharganya hujan untuk mengairi sumur2 yg tandas.

Saat itu pula, hujan bisa mengingatkan kita tentang diriNYA. Tentang ke-Maha-an-NYA yg dengan sekehendakNYA menyertakan kilat dan petir dalam persemaian hujan, membersamakan riuh angin di kedatangannya baik dalam sepoian yg besar atau ringan. Yg kesemuanya menyatakan satu tujuan: menyelipkan perasaan takut dan harap di dada manusia pada Tuhannya. Bahwa Tuhan bisa menjadikan hujan sebagai rahmat atau siksaan (peringatan). Sehingga benak dan bathin manusia hanya dipenuhi ingatan tentangNYA. Lisan yg tak kunjung berhenti dari menyebut2 namaNYA.

Semoga hujan rahmat yg KAU limpahkan untuk kami Tuhan, bukan hujan siksaan…

***

Satu waktu ketika diri sangat merindukan kehadiran hujan sebagai peneduh hari…

Sunday, November 22, 2009

2 Kata utk Cinta -1 babak-


Camera

Rolling

And…action

Mengapa harus kata ‘JATUH’ yang mengawali kata CINTA sehingga menjadikannya JATUH CINTA?
Apakah cinta memang selalu identik dengan musibah dan malapetaka?
Lalu, mengapa harus kata ‘MATI’ yang mengakhiri kata CINTA sehingga menjadikannya CINTA MATI?
Apakah cinta memang selalu menghadirkan segumpal lara dan setetes air mata?
Aahh…kenapa cinta begitu sulit dimengerti? Kenapa begitu sulit dipahami? Ke…


Cut…cut…cut…

Manna ekspresinya???

***

Drama 1 babak yg tak tuntas sebab si sutradara kurang puas dalam memandang dua kata untuk cinta tersebut di atas. Menurutnya terlalu cengeng, terlalu melankolik. Bertolak belakang dengan asumsinya soal cinta selama ini. Cinta itu adalah sesuatu yg kuat, yg hebat.

Yg mampu mengubah duri jadi mawar. Cuka jadi anggur. Malang jadi untung. Sedih jadi riang. Setan jadi nabi. Iblis jadi malaikat. Sakit jadi sehat. Bakhil jadi dermawan. Kandang jadi taman. Penjara jadi istana. Marah jadi ramah. Musibah jadi muhibbah.

(haha KCB bangeeetts…)

Kemudian dia berpikir, merenung sejenak di kursi yg biasa ia duduki ketika para pemainnya menjalankan peran, mencari tahu kenapa dua kata –jatuh dan mati- itu yg selalu digandeng dengan kata cinta. Lalu seorang aktornya mendekat, mengajaknya berdiskusi tentang cinta, tepatnya tentang 2 kata yg selalu dikaitkan dengan cinta: JATUH dan MATI.

Sutradara:

“Menurutmu, Tor, kenapa bisa JATUH cinta dan cinta MATI?”
(sejurus pandangan sutradara tertumpu pada satu titik, tapi entah dimana)

Aktor:

(berpikir sambil memainkan tangannya: buka laptop, and searching then)
“Ahha ini Pa, saya mendapat pengertian tentang ‘fall in love’ yg artinya ‘begin to experience feelings of love towards’ (mulai mengalami perasaan cinta). Dan ‘fall’ disini diartikan sebagai ‘to pass into a particular state, condition, or situation’ (memasuki situasi atau kondisi tertentu) seperti contohnya ‘fall asleep’ (mulai/menjadi tertidur). Karena kebanyakan orang kita mengartikannya word by word Pa, ya ‘fall in love’ jadinya JATUH cinta, Pa. (sambil nyengir)

Sutradara:

“Haha, pintar juga kamu ya. Kebanyakan memang seperti itu, mengartikan kata per kata, jadi agak rancu jika digabungkan maknanya. Contoh lain seperti arti dari kata ‘my heart will go on’. Kalo diartikan per kata maka jadinya ‘hatiku akan mulai pergi’ atau ada juga yg mengartikan ‘hatiku akan pergi terus’ padahal bukan itu arti yg sebenarnya. Yg dimaksud adalah ‘hatiku akan selalu ada’. Sangat jauh sekali kan bedanya, kontradiksi malah.

Itu dikarenakan frasa kata dalam bahasa Inggris ga bisa diartikan satu-satu dalam bahasa Indonesia. Seperti halnya ‘go on’, kalo diartikan satu-satu menjadi ‘mulai pergi’ atau ‘pergi terus’, tapi pada kenyatannya minimalnya ada 10 makna dari frasa kata itu di bahasa Inggris, diantaranya adalah ‘go on’ happen (e.g. What is going on?), operate (e.g. The spotlights go on automatically), continue (e.g. Please go on with you’re doing), please do (e.g. Go on, have another drink), etc.

(lho…lho…sutradara kemudian tersadar, bukannya tadi sedang mendiskusikan tentang 2 kata untuk cinta ya? kok nyambung kesini sih? sebelum diinterupsi si aktor, kemudian dia kembali ke jalan yg benar)
Lalu kalo cinta MATI?”

Aktor:

(berpikir sejenak, kali ini tanpa menggunakan internet, murni dari pemikirannya)
Hmm kalo cinta MATI, mungkin itu mengambil dari kisah Romeo and Juliet, Pa. Dimana cinta bisa membuat seseorang berani untuk melakukan sesuatu yg ekstrim, bahkan mati sekalipun, jadinya cinta MATI deh, hehe…

Sutradara:

(mencoba memahami jawaban si aktor sambil menangguk2an kepala, meskipun ga ilmiah, tapi make sense enough-lah)
Iya…iya betul juga ya…

Aktor:

Lalu sekarang gimana Pa Sutradara? Dilanjutkankah sayutingnya?

Sutradara:

(berkata sambil berdiri dari kursinya)
Dihentikan saja, kita les bahasa Inggris saja dulu biar ga salah2 lagi menerjemahkan…Ayo!

Aktor:

(dalam hati)
Hah? Les bahasa Inggris? ^$#42#@(*)??&*&^%

***

Sebagian diambil dari percakapan dengan seseorang di utara bumi sana...

Saturday, November 21, 2009

Hujan

Hujan…

I really need it right now…

I whispered it in my heart…

Then, the rain is coming out of the darkness cloud…

Alhamdulillah…

***

"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira." (Ar Rum (30) ayat 48)

Dan ketika itu, tidak ada alasan bagi saya untuk tak mengucap syukur yg amat mendalam. Atas kebutuhan saya pada hujan yg Alloh dengar dan kemudian Alloh ‘jatuhkan’ dari langit. Atas kebahagiaan yg mengisi rongga dada saya ketika hujan turun dan saya mulai mencium bau tanah yg basah. Atas atap yg masih menaungi saya hingga detik itu, sementara –mungkin- di sudut lain ada yg harus bersusah2 mencari tempat berlindung.

Alloh…terimakasih, untuk nikmat yg tak pernah henti KAU curahkan. Meski berkali2 saya menghentikan lisan untuk itu, bahkan demi sebuah gumaman “Terimakasih Tuhan…”

***

Ketika hujan datang bagai berondongan senapan…

Friday, November 20, 2009

Rinduku di Batas Waktu


Suatu waktu, dalam temaram lampu, ketika tetes hujan mulai turun satu-satu...saat itulah aku kembali mengingatmu...

Tuhan...selamatkan hatiku...

***

I miss you
When something really good happens,
Because you are the one
I want to share it with…

I miss you
When something is troubling me,
Because you are the one who
Understand me so well…

I miss you
When I laugh and cry
Because I know
That you are the one
That makes my laughter grow
And my tears disappear…

***

Andai boleh berkata andai…
“seandainya dia tahu…tapi ah…rasanya cukup Alloh saja yg tahu…”

Tuesday, November 17, 2009

Di Ketidaktahuan Seorang Saya

Hmm...banyak yg tidak saya ketahui dalam hidup ini...tapi ada satu hal yg secara sadar saya pahami, bahwa saya punya kesempatan untuk mengetahui apa yg saya tidak ketahui sebelumnya. Tinggal bagaimana saya, mau menggunakan kesempatan itu atau melepaskannya tanpa sisa.


Saya tidak tahu masa depan bentuknya seperti apa, tapi saya tahu saya bisa mengusahakannya agar menjadi indah.

Saya tidak tahu apa saya bisa menjadi seorang profesional dalam pendidikan (seperti yg saya cita2kan selama ini) atau tidak, tapi saya sadar saya punya jalan menuju kesana.

Saya tidak tahu seperti apa dan siapa pendamping hidup saya di sisa usia kelak, tapi saya tahu Tuhan saya sudah menetapkan itu jauh2 hari bahkan ketika langit bumi beserta isinya ini belum tercipta.

Maka atas dasar ketidaktahuan2 itu, layak sombongkah saya??
Lalu, atas dasar apa2 yg saya pahami, bolehkah kemudian jika saya menyerah dan mengaku kalah pada nasib??

Haha...lantas saya tertawa...berpikir sejenak tentang pertanyaan2 itu.

Saya hanya seorang Rina, yg banyak ketidaktahuannya, yg melimpah kekhilafannya, yg masih memerlukan orang untuk membantu kehidupannya, dan tentu saja masih sangat membutuhkan Tuhannya. Dzat yg Tidak Pernah Terlelap meski berkali2 saya terlelap dalam sujud malam saya. Dzat yg Tidak Pernah Lupa meski saya sering melupakannya. Dzat yg Sangat Dekat bahkan dari urat leher saya sendiri, meski terkadang saya menjauh dariNYA.

Alloh...sungguh saya membutuhkanMU, tidak hanya dalam tangis, tapi juga dalam tawa...

"...dan Alloh lebih mengetahui, sementara kamu tidak mengetahui." (Al Baqarah 216)

Sunday, November 15, 2009

Males Ga Males Ga Males

Suatu hari seorang teman yg sedang menjalani beasiswa di Iceland sana mengungkap bahwa dirinya sedang dilanda ‘penyakit lama’. Saya sempat terdiam saat itu, ‘penyakit lama’ maksudnya? Begitu kira2 pertanyaan dalam hati saya. Tapi kemudian dia menjelaskan sebelum saya sempat bertanya. Ternyata yg dimaksudnya dengan ‘penyakit lama’ adalah MALAS. Hahaha…dikirain teh apa gitu.

“Ada saran, bu?”

Begitu kalo tidak salah dia bilang saat itu. Saya berpikir sejenak, duuh kasih saran apa ya? Masalahnya saat itu pun saya sedang terjangkit virus itu, hehehe…Kemudian saya berpikir lagi, aha mungkin dengan memberi saran padanya bisa juga untuk menasehati diri saya sendiri. Biasanya telinga itu lebih mendengar pada mulut yg paling dekat. Lumayan juga kan sekali dayung dua tiga pulau (kalo bisa mah semua) terlampaui. Naah jawaban saya kira2 begini…


Menurut saya males itu wajar kok dialami manusia pa, kalo ga pernah ngerasain males, perlu dipertanyakan tuh kemanusiaannya, heu3…Cuma bedanya ada orang yg bisa ngatasin malesnya secepat kilat, ada yg perlu waktu, bahkan ada juga yg ga bisa ngatasin malesnya.

Saya juga keinget sama sebuah nasehat waktu jaman sma dulu, ya jaman masih muda gitu deh…Bilang gini, “Sifat kelembaman itu berlaku untuk segala sesuatu yg ada di jagat raya ini. Sekalinya bergerak, maka akan cenderung bergerak terus. Sekalinya diam, maka akan cenderung untuk diam terus.” Hmmm…males juga sama tuh keliatannya, sekalinya males, cenderung buat males terus. Na’udzubillahimindzalik deh keterusan males…hari gini gitu loh…

Saat kita lagi ngerasa males, kita mesti tau jenis malesnya disebabkan apa, krn namanya males ternyata bisa beda2 sebab. Kalo beda sebab, pastinya solusinya juga beda.

Ada males krn stuck sama sesuatu. Ada males krn ngejalanin rutinitas yg itu itu aja. Ada males krn ruhiyahnya lg turun. Ada males krn lupa, lupa tujuan hidup, lupa amanah Alloh. Ada males krn cuma sugesti aja. Ada juga males yg bawaan orok, heu3…

Kalo lagi stuck sama sesuatu, biasanya saya tinggalin sebentar tuh, jalan kemana…gitu, liat2 keadaan sekeliling yg mungkin bisa bawa inspirasi buat nyelesein kebuntuan kita. Ato tukar pikiran sama temen yg nyambung diajak bicara.

Trus, kalo yg kita kerjain itu itu aja, mungkin kita butuh sesuatu yg beda, tapi yg masih merepresentasikan diri kita, jadi ga kehilangan jati diri gitu…kalo saya suka bgt sm sesuatu yg baru, biar apa yg saya alami tiap harinya jadi lebih seru…org2 yg ada di deket saya juga jadi ga bosen, kalo udah kaya gitu, semangat lagi deh…heu3

Tapi…kalo malesnya krn ruhiyah yg lagi turun, ini yg agak berat diatasi sendiri mungkin, makanya kita dinasehati untuk

(1) ga bosen dengerin nasehat agama,
(2) nderes quran+hadist,
(3) ato berbagi cerita ttg kisah bermakna sama saudara seiman

Kalo saya siy, saat saya ngerasa ruhiyahnya lagi turun, biasanya saya baca ulang nasehat2 yg saya suka catat, ato…saya nderes makna & ket quran, paling sering surat Ar-Rahman, salah satu firman Alloh yg indah bgt. Apalagi bagian fabiayyi aalaaa i robbikuma tukadzdzibaan…duh menohok bgt dah…kalo hadistnya, saya paling seneng hadist lengkap Nabi yg sholat lail ga pernah putus padahal beliau disucikan dari dosa, yg sampe kakinya bengkak2, tapi waktu ditanya sama A’isyah, Nabi jawab simple tapi dalem bgt, “Afala ‘akunu abdan syakuro??” Iiih…nabi, jadi sedih sekaligus malu gitu…moga Nabi nungguin kita di Telaga Kautsar kelak ya…

Kalo males krn lupa, lupa tujuan hidup, lupa amanah Alloh…harus ada org yg jewer kupingnya niy buat ngingetin kalo di dunia niy cuma sementara aja, cuma ngontrak, jadi ga boleh males2…namanya amanah mesti dipegang, sebab ntar Alloh minta laporannya. Tapi…kayanya sadis ya kalo dijewer, terus diapain dong???

Nah, kalo krn sugesti?? Ya…dilawannya mesti pake sugesti lagi. Kalo bawaan orok?? Wah…kayanya…itu takdir kali ya…heu3…

Pokonya waspadalah terhadap males…

Sebab males bikin kita ga produktif.
Sebab males energi negatif yg bisa menular.
Sebab males bisa jadi penghambat terwujudnya impian kita.
Sebab males ga jadi semua masalah kita terselesaikan.
Sebab males bisa bikin rahmat Alloh menjauh dari kita.
Sebab males artinya kita ngga bersyukur sama apa yg Alloh amanahkan.
Sebab males tandanya kita ga menghargai jasa orang2 yg sudah membantu memudahkan jalan kita hingga kita jadi seperti sekarang ini.
Sebab males bukan ciri pemuda muslim.
Sebab males ga Nabi contohin.

Ga tau deh apa jadinya kalo dulu Nabi males memperjuangkan Islam, mungkin indahnya agama ga akan bisa kita rasain sekarang.

Ada banyak cara ngatasin males, dan yg paling tau caranya, ya…diri kita sendiri.
Alloh yg kasih setiap rasa sama manusia, termasuk rasa males. Alloh kasih kita males bukan karena ga sayang, tapi justru pengen liat sejauh mana kita bisa atasin itu. Ya…sama kaya Alloh kasih rasa khawatir, sedih, bahagia. Hakikatnya semua rasa itu cobaan dari Alloh, yg pada akhirnya Alloh pengen liat sebesar apa ketergantungan kita sama Dzat Sang Pemberi Rasa itu…makanya kita dinasehati supaya banyak2 doa, salah satunya doa penjagaan terhindar dari rasa susah dan males…

Allohumma innii a’udzubika minalhammi wal hazani wal ‘ajzi wal kasali wal bukhli wal jubni wa dhola’iddaini wa gholabati arrijali…


So…tetep semangaaaat pa!! Sebab dgn semangat kita bisa ikhtiarkan setiap cita2, impian, harapan, doa.
Bismillah…kerjakan krn Alloh, smg Alloh paring aman, selamat, lancar, barokah…
Allohua’lam…

***

Iihh weeww…lumayan banyak juga ya yg saya tulis hehe…moga aja yg baca ngerti, syukur2 bisa bermanfaat. Satu hal yg saya sadari berikutnya adalah Alloh kasih kesempatan saya hadir hari itu hingga hari ini di bumiNYA tujuannya tuh bukan buat males2an. Tapi kalo si males itu datang tanpa bisa dihindari ya…jalan satu2nya adalah menghadapinya dan melawannya

So…keep fighting on it Rina!!!

Friday, November 13, 2009

Dear Tuhan...(Abang's note)

Dear Tuhan…

Tuhan, sibuk yah??

Ga, cuma mau tanya ajah, kok doa abang ga dikabul2 sih?? Kayanya Tuhan sibuk banget yah??
Abang cuma minta mamah sama papah rukun2, Tuhan. Ga berantem2 lagi, abang sedih liat mamah nangis, papah juga suka uring2an, paling sedih liat Charissa, kan masih 3 taun Tuhan, tapi udah harus denger mamah sama papah berantem.

Tuhan, ga sibuk kan??

Kabulin doa abang yah, Tuhan…

Makasih…

***


Tulisan singkat seorang murid les privat saya di tahun 2004 silam. Saat itu usianya 7 tahun, kelas 2 SD. Secara tidak sengaja saya membaca catatan itu ketika hendak memeriksa pekerjaan rumah yg saya berikan di pertemuan sebelumnya. Deg, ada sebuah perasaan yg…ah…cukup rumit, saya tak mampu membahasakannya saat itu.

Tapi satu hal kemudian saya sadari, betapa tidak menyenangkannya berada dalam kondisi seperti yg demikian. Meski tak bisa saya ingkari juga bahwa hal macam itu bisa terjadi pada siapa saja, baik yg sudah siap secara mental atau yg belum sama sekali. Tapi, saya jadi bertanya2 sendiri, apakah ada orang yg siap ketika dihadapkan pada kondisi yg tidak nyaman?? (Rina is thinking then…) Rasanya bisa dihitung jari.

Tuhan, sibuk yah??

Itu kalimat pembuka yg cukup membuat mata saya berkaca2. Ada sebuah ingin yg sulit saya sampaikan pada Abang.

Bahwa Alloh ga sibuk, Bang. Alloh tuh denger doanya Abang. Tau kalo Abang ga pernah absen sholat. Liat saat Abang berlama2 menengadahkan tangan di akhir sholat. Bahkan lintasan pikiran Abang dan bersitan perasaan sesaat Abang pun Tuhan tau.

Saat itu saya kesulitan, bagaimana saya menjelaskan pada anak seusianya tentang berapa waktu yg dibutuhkan sebuah doa dikabul?? Dan bagaimana saya harus menjawab ketika ditanya ‘apakah doanya ga Tuhan kabulkan’??

Hmm…Bang, jangankan Abang, orang yg usianya jauh lebih tua dari Abang pun terkadang masih sering bertanya2 kapan doanya dikabulkan, bahkan ada pula yg men-judge Alloh ga sayang sama orang itu ketika doa2nya tak kunjung jadi nyata.

Pada orang yg usianya jauh diatas Abang mungkin saja saya bisa mengatakan, “Manusia bisa saja berencana, tapi hanya Alloh yg membuatnya jadi nyata. Yg harus diyakini adalah ketika kita berdoa padaNYA, hanya ada 3 kemungkinan jawaban dariNYA:
(1) Yes,
(2) Yes, but not now,
(3) I have the best plan for u.”

So, there is no ‘No answer’, isn’t it?? Sebab Alloh ga pernah bilang ga atas doa2 kita…Alloh ga pernah ingkar sama apa yg sudah dijanjikanNYA. Alloh sampai2 mengabadikan janjiNYA dalam surat Al Baqarah 186.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”


“Abang yg sabar ya…Alloh pasti dengar doa Abang…” Itu akhirnya yg bisa saya katakan padanya sambil mengusap punggungnya. Semoga dia memahami apa yg saya katakan saat itu. Saya tak mampu lagi mengeluarkan kata2, terharu uy (alias udah mau nangis…).

“Kalo Abang doanya banyak dan sering, apa Tuhan ga bosen, Kak?”

Kembali saya tersentak.

“Sebanyak dan sesering apapun Abang berdoa, Alloh ga akan bosen. Justru Alloh seneng, Bang…” Jawab saya sambil memaksakan diri tersenyum, padahal mah udah mau keluar tuh air mata. Hiks…hiks…yg sabar ya Bang…

He was smiling then…

***

Hari itu saya pulang dengan membawa banyak pelajaran. Tentang rasa syukur sebab hingga sebesar waktu itu masalah yg dihadapi tak sepelik yg dihadapi Abang di usianya. Tentang keyakinan akan doa2 yg akan Alloh kabulkan because Alloh will never say No. Tentang kesiapan diri menghadapi masa2 yg tidak menyamankan sebab mungkin saja di detik selanjutnya giliran saya yg berada pada kondisi itu.

Tentang…ah…terlalu banyak yg telah Alloh perlihatkan hari itu pada saya, hingga saya tersadar, lho...kok udah nyampe gang kosan ya?? padahal lumayan jauh...sarijadi-geger kalong...fiuuhh...

Alhamdulillah Tuhan…

Tuesday, November 03, 2009

Bapak Tua dan Data


22 Oktober 2009, 21.45

Entah sudah berapa kali saya melihat bapak tua yg rambutnya sudah memutih semua itu duduk memojok di tempat yg sama. Di salah satu sudut di depan sebuah tempat, sebut ajahlah ya namanya, tapi bukan promosi lho: Alfamart.

Duduk dengan posisi yg sama tiap kali saya mengunjungi Alfa, menghadap ke jalan sambil menopangkan dagunya di salah satu tangannya yg saya lihat hampir berkerut2 semua (yaiyyalah namanya juga bapak tua, salah satu indikatornya adalah keriput). Menunggui dengan sabar rak sederhana tempat bertumpu bola2 balon warna-warninya yg tak kunjung habis.

Sekali dua kali saya hanya lewat saja, paling menengok sebentar lalu jalan lagi. Ada niat untuk membeli, tapi buat apa, ga urgen juga buat saya, lagi pula saya ga punya anak kecil atau kenalan anak kecil yg bisa saya kasih bola itu seandainya saya beli. Dan saya juga berpikir kenapa org2 juga ga berminat sama apa yg bapak tawarkan, secara udah ketinggalan jaman juga mainan kayak begitu. Apalagi anak2 jaman sekarang mainannya udah yg canggih banget, berbasis program2 komputer baik berupa game, ps, dan lain2 sejenis itu. Poko’e menggunakan pendekatan ICT-lah…


Ceritanya malam itu ada data yg belum lengkap yg harus saya olah untuk bahan makalah, ga memungkinkan untuk bisa online di kosan, anak ibu kost yg biasa ditebeng juga lagi ga ada di tempat, jadi ya…mau ga mau mesti jalan ke luar komplek nyari warnet, meski saat itu keadaan saya benar2 lelah sangaaddh. Satu jam di warnet beres, kemudian pulang, tapi berencana mampir ke Alfa untuk beli susu cair dan roti untuk cemilan malam krn rencananya mau bergadang juga.

Mendekati Alfa, rak bola si bapak sudah saya lihat terlebih dulu ketimbang bapaknya. Perlahan, mendekat dan saya baru bisa melihat bapak pas ketika saya hendak berbelok ke pintu masuk Alfa. Seperti biasa bapak sedang menopang dagu. Saya perhatikan sekilas pandangan bapak mengikuti arah kendaraan yg berlalu lalang di jalan di hadapannya. Uuughh bapak, kamu mengingatkan saya sama almarhum mbah kakung yg udah passed away…hiks…hiks…

Di dalam Alfa pikiran saya ga fokus. Malah keingetan si bapak tua di luar tadi. Kemudian saya jadi berpikir, saya melihat lagi ke dalam hidup saya, ya Alloh betapa beruntungnya saya. Saya masih muda. Masih bisa melakukan sesuatu yg saya inginkan. Saya ga harus jualan di pinggir jalan (berharap kelak ketika tua pun tak seperti itu). Saya bisa sekolah dari mulai TK sampai S2 sekarang. Saya ga kekurangan makan setiap harinya. Bisa beli apa yang mau saya makan. Ahh…macam2 yg saya pikirkan saat itu. Kesemuanya mengakhirkan saya pada suatu kata: bersyukur. Alloh, saya amat sangat bersyukur dengan hidup saya. Meski mungkin tak indah selalu. Tapi pun tak selamanya sedih melulu. Meski ga bisa menghindar dari yg namanya susah, tapi saya percaya setelah susah pasti ada mudah.

Saya meyakini bahwa semua yg terjadi di hidup seseorang selalu 2 berkebalikan. Dan mereka datang bergantian. Layaknya siang yg tidak akan terus siang, pun malam yg ga selamanya malam. Semuanya sudah Alloh atur dgn sebaik2nya, tanpa cacat, tanpa satu pihak terdzalimi. Itu saya rasa yg harus dipahami. Bahwa Alloh tidak akan lepas tangan dari hidup kita. Bahwa Alloh sudah mengatur rezekinya bumi dengan perkiraanNYA yg tepat, tidak akan pernah meleset. Lalu, yg harus saya lakukan di tiap2 bagian itu adalah

tetap bertahan, menjalaninya dan memahaminya sambil terus mencari jalan untuk bersyukur.

Kemudian dalam hati saya berkata, pokoknya pulang dari Alfa mesti beli tuh balon, terserah deh nantinya mo buat apa, yg penting beli.

“Pak, satunya berapa.” Tanya saya.

“Tiga ribu, mbak.” Jawab si bapak dgn dedet jawa yg khas bgt.

“Owh beli dua, pak.”

Padahal uang saya tinggal sisa 10 ribu lagi, jadi kalo beli bola dua, sisa total 4 ribu. Tapi…ga tau kenapa ada sebuah perasaan yg…aahhh sulit didefinisikan sama kata2, bisanya cuma dirasain. Dada saya sampai sesak, pengen nangis tapi malu, secara di pinggir jalan besar, banyak orang juga. Salah2 dikira anak ilang lagi, mana bawa bola yg ga diplastikin pula sebab bapak ga menyediakan plastik. Akhirnya jalan ke kosan sambil nenteng2 bola. Meski ditatapi aneh sama orang2 di jalan, tapi langkah saya tuh ringaaaan banget. Bahagia aja sebab kesampean beli bola balon bapak yg udah lama banget pengen dilakukan tapi banyak mikir. Ga tau deh tuh bola nantinya mau diapain.

Tiba di kosan, eehh ada ibu kos lagi sama cucunya, si mas dan si ade. Ahaa…diam2 saya sangat bersyukur melihat kedua bocah itu. Dengan wajah sumringah saya hampiri dua anak kecil itu, jongkok, dan bilang, “Adee…mau bola ga?? Niihh…buat mas sama ade yaa…”

Si mas sama si ade ngedeketin sambil senyum seneng khas anak2 gitu. Iihh lucu deh pokonya. Kemudian bola2 yg saya bawa tadi sudah berpindah tangan ke tangan2 mungil mereka. Ya Alloh…ada perasaan yg…ah…lagi2 ga bisa diungkap, cuma bisa dirasain aja. Akhirnya bola2 itu bermanfaat juga.

Sampai di kamar, masih dengan hati yg berbunga2, buka laptop, masukan flashdisk dan bersiap bekerja dengan data yg sudah saya punya. Tapi…OMG!!!

Masya Alloh…tiba2 ada perasaan geli tapi juga menyebalkan menyergap saya.

Data yg di warnet tadi belum saya save ke flashdisk!! Huff…hahaha, I was laughing then.
Ada kesal yg juga ga bisa diungkap sebetulnya, tapi…malam itu meski menyelesaikan makalah dengan data seadanya, saya bisa tidur dengan perasaan lega, sebab saya bisa melakukan hal yg ingin saya lakukan sejak lama: beli bola balon bapak tua itu. Daaaan…beruntung bola2 tadi langsung bisa bermanfaat sebab ada cucu2 ibu kos yg masih kecil2 itu dan seneng banget dikasih bola.

***

Alhamdulillah…makasih untuk hari ini Rabb…sebab KAU masih memberikan saya kesempatan untuk merasakan hal2 sederhana itu...