RSS Feed
Showing posts with label Just for My Fun Time. Show all posts
Showing posts with label Just for My Fun Time. Show all posts

Monday, April 19, 2010

CATATAN RINDU UNTUK AYAH

Catatan untuk ayah juara 1 di dunia saya…

***

-Pagi itu di kelas 4 sebuah sekolah dasar-

“A…Ayah…Ayahku seperti matahari.” Ryan memulai, meski apa yang ia katakan berbeda dengan yang ia tulis. Saat itu kebetulan ia melihat jendela yang memantulkan sinar matahari. Seluruh isi kelas memusatkan penglihatan dan pendengaran mereka pada sosok yang tengah panas dingin di depan kelas itu. “Matahari…yang setiap hari menyinari kami dan menghangatkannya.” Lanjutnya puitis. Teman-temannya semakin khusyuk mendengarnya. Mereka pikir bagus apa? Hati Ryan berkomentar. Oh My God, help me.

Kepala Bu Afiah mengangguk saat Ryan menoleh kearahnya, meminta Ryan meneruskan ceritanya tentang ayah. “Walaupun lelah, tapi tak dikatakannya. Ia terus bersinar. Tanpa pernah mengeluh dan meminta imbalan. Setiap hari bekerja dengan mesin-mesinnya yang hampir membuat telingaku tuli. Bla…bla…,” Ryan melanjutkan kalimat-kalimatnya. Seperti disihir, kalimat-kalimat itu begitu saja meluncur dari mulutnya.

“Ya…ayahku seperti matahari.” Ryan membungkukkan badannya. Memberi hormat. Menandakan ceritanya telah ia selesaikan.

Plok…plok…plok…

***

Sepenggal cerita pendek yg saya dedikasikan untuk ayah dari sejak kapan tau. Malam itu tak sengaja terbuka, saya baca ulang, dan tiba2 saja saya jadi merindukannya. Ayah, apa kabar?? Smg Alloh paring aman, mudah, selamat, lancar, baroqah yah…

“Apa yg bisa aku banggakan dari ayah??” ada pertanyaan itu dalam cerpen saya. Dan itu memang pertanyaan saya ketika duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Pertanyaan itu tidak serta merta muncul, saya melihat teman2 saya yg begitu membanggakan ayahnya. Ada yg seorang Polisi, Hakim, Camat, bahkan Wakil Bupati. Sementara ayah saya, ayah hanya seorang pekerja serabutan biasa. Tapi saya tak ambil pusing, saya bahagia2 saja, pun ketika diantar naik sepeda sama ayah, sementara yg lain keluar dari mobil2 yg saat itu mewah sekali.

Saya memiliki masa kecil yg sederhana namun bahagia, punya banyak mainan, banyak dibelikan sandal2 lucu sama ayah, diajak keliling Jakarta, sebab saat itu ayah bekerja disana. Saya juga senang kalo punya banyak PR, apalagi keterampilan, sebab ada ayah. Ayah jagonya gambar, apa aja bisa. Yaiyyalah calon sarjana teknik sipil yg ga lulus, sebab keburu nikah sama ibu, belakangan ini yg jadi salah satu nasihat ayah: kalo mau menikah silakan, mbak, asal jgn ganggu kuliah, hehe…Ayah yg lihai membuat kerajinan dari kayu, yg punya banyak wawasan mulai dari pembuatan telur asin sampai perundang2an, yg fasih berbahasa inggris sehingga ketika masuk smp saya sudah bisa sedikit2.

Ayah yg ga suka rewel soal makanan, yg selalu bertanya “sudah makan, mbak?”, yg ga pernah lepas sholat malam dan mendoakan saya, yg selalu berpikir positif terhadap sesuatu bahkan ketika ponselnya diambil oleh teman baiknya sendiri, ayah hanya mengatakan, “mungkin orgnya sedang butuh, yaa smg manfaat saja hapenya.”Ayah yg selalu kasih dukungan ketika saya jadi sasaran kebencian org sebab gaya mengajar saya yg beda. Ayah yg mengajarkan saya untuk mendoakan baik pada semua org, bahkan mungkin yg membenci saya, sebab “doa baik itu akan berbalik pada yg mendoakan”, kata ayah sambil tersenyum.

Ayah yg ga pernah bilang ‘ga’ setiap kali saya minta antar kesana kemari, padahal pesanan kursi-lemari-kusen sedang banyak2nya. Ayah yg selalu berkata, “ikhlas dan sabar ya, mbak…” ketika saya mulai rewel dgn rutinitas yg saya jalani. Ayah yg selalu bangga dgn prestasi sederhana saya dan selalu mengacak rambut saya sambil bilang, “duh anakku, bangga aku…”

Ayah yg selalu ada untuk perjalanan Rangkas-Cipanas (tempat kerja saya dulu), yg ga pernah bosan melalui jalan2 Rangkas-Serang (ke terminal Pakupatan menuju Bandung), yg menawarkan diri mengantar di perjalanan Rangkas-Labuan (silaturahim ke seorang sahabat), yg mendampingi saya berangkat ke UNJ, Rangkas-Jakarta, untuk wawancara beasiswa. Aahh ada banyak aspal2 jalan dan kerikil kecil serta pohon2 rindang yg jadi saksi dari perjalanan kita ayah…saat hujan dan kita hanya punya satu setel jas hujan (saya atasannya, sementara ayah bawahannya), ketika terik yg memanggang permukaan tanganmu yg sudah kelam itu, waktu angin kencang dan motor terasa berat ditunggangi. Banyak musim yg kita lalui ayah dalam tawa bersama, keriangan, kadang sedih, konyol.

Ayah…saya bersyukur menjadi salah seorang puterimu, menjadi bagian hidupmu sejak hampir 25 tahun silam. Dan kebanggaan saya pun tak bisa luput dari hati ini. Ayah yg rajin tilawah, yg rajin shaum abi daud (belakangan saya ikuti juga), yg supel sama banyak org, yg selalu ramah dan punya banyak cerita, yg selalu nasihat ini itu, yg ga pernah absen mengingatkan untuk sambung ngaji, yg ga pernah bosan nyuapi adik bungsu saya yg manja (kadang suapannya jg masuk ke mulut saya), yg bs kasih masukan tanpa memaksakan ketika saya bingung dgn beberapa pilihan.

Banyak kata untuk ayah yg tak bisa satu2 saya urai. Untuk kesetiannya pada ibu, untuk kebijaksanaannya menjadi imam keluarga, untuk waktu2 perenungan yg dilakukannya sehingga dari hari ke hari ayah saya semakin bijak, untuk keikhlasannya pontang-panting demi mencukupi finansial keluarga, untuk usaha kerasnya belajar dari org lain dan menyampaikan dirinya menjadi seperti yg sekarang: wiraswasta kayu, untuk nasihat2 membangunnya pada saya, untuk waktu selepas maghrib yg biasa kami gunakan untuk bertukar cerita seharian, untuk cerita2 lucu sebelum tidurnya (termasuk cerita tentang Nyai Roro Kidul dan Paman Klentengan Sapi, dua cerita favorit saya), aahh…jadi sangat merindukannya.

Saya rindu ayah, rindu dgn wajahnya yg mulai menirus, rindu rambut hitam agak merahnya namun kini sudah menyembul beberapa rambut putih (haha u are going older dad…), rindu caranya berjalan, rindu ketika ayah tersenyum, rindu waktu ayah bikin rendang, rindu lihat ayah menggoreng kacang di H-2 Lebaran, rindu suara ngajinya, rindu semuanya…

Ayah…meski namamu disebut di paling akhir oleh nabi setelah ibu, namun doa2 ketika sujud ini tak pernah berakhir menggemakan namamu. Salah satu pinta doa saya pada Tuhan, smg IA menjadikan saya anak sholehah, yg doanya selalu sampai padamu dan ibu, sampai kapanpun, tak akan usang, bahkan ketika jiwa terlepas dari raganya.

Ayah, kau ayah juara 1 untuk dunia saya, sama halnya ayah juara 1 Ikal pada ayahnya. Banyak cinta untuk ayah matahariku dari mbak Ina…alhamdulillahi jazakallohu khoiro ayah, buat semua pancaran cinta yg tak pernah habis itu…miss u dad

Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya –TIC Band (Adaband –red) & Gita G.

Monday, March 22, 2010

Just Wanna Be Me...

Hmm…


Hari ini, ketika melihat orang2 yg berlalu lalang di jalan, diselingi kendaraan yg berseliweran kesana kemari, kemudian sampai di kosan, sembari beristirahat sebentar saya membuka account facebook saya dan membaca setiap status rekan2 saya di homepage…


Tuhan…betapa sangat saya beruntung menjadi saya, dan seharusnya setiap orang pun merasakan perasaan yg sama dengan saya, beruntung menjadi diri mereka. Tak soal sebanyak apa bahagia atau duka yg dijalani, sebab masing2 orang punya masa mudah dan masa sulitnya sendiri. Ketika saya bermuram durja, bisa jadi mereka tertawa, pun sebaliknya.


Tidak ada yg perlu merasa bahwa nasib seseorang lebih baik dari orang yg lain atau tidak, sebab Tuhan sudah atur semua jalan cerita manusia dengan sebaik2nya perkara. Tidak ada yg akan teraniaya dari semua yg sudah Tuhan rencanakan ini. Tidak ada, semakhluk pun. Sebab hanya Seorang DIA yg mampu menakar segala jenis rasa bagi setiap hambaNYA yg percaya.


Dan sambil diiringi lagu Semua Karena Cinta yg dinyanyikan Joy Tobing, saya semakin bersyukur dengan menjadi saya, dengan semangat saya, dengan senyum saya, dengan semua lebih dan kurang saya.

Rabb, alhamdulillahirrobbil’alamin, syukur sujudku padaMU Tuhanku…

Sunday, March 21, 2010

Dan Bumi yg Semakin Tua...

Hmm…ternyata dunia itu sudah sangat tua ya, haha itu lintasan pikiran saya ketika melihat beberapa adik kelas yg sekarang tampak jauh lebih dewasa daripada saya, padahal saya sudah akan genap seperempat abad Oktober nanti.


Sepertinya baru kemarin saya melihat mereka berlari2 seperti bocah2, ga taunya sudah hampir 7-8 tahun silam hal tersebut berlalu. Sekarang yg terlihat wajah2 yg makin chubby, perut2 yg nambah maju, hihihi lucu aja gitu ya.

Dan saya tersadar dengan semua itu, betapa saya juga semakin beranjak senja. Meski ya kadang kalo org lewat, terutama ibu2 sama bapak2 ngeliat saya masih kaya anak2 sma gitu, aduuh pliss deh bu, pa, saya ini udah tua bukan abg lagi…tapi bersyukurlah dianugerahi wajah yg imuuutt…hehe

Jadi ya intinya…selalu berbuat yg baik dari hari ke hari ajalah…meski bumi semakin tua, meski diri semakin beranjak senja :)

Monday, February 15, 2010

Bencikah pada Bumi?

Bintang bertandang, kemudian menghilang.
Berganti surya menawan hingga menegap di puncak dunia.
Terik menjerik berputar2 diantara waktu yg mendetik.
Memanggang bumi yg semakin membuncit.
Kemudian tanya itu menghampiri: bencikah surya pada bumi sehingga terik muncul setengah mati?


Tiba2 di kejauhan awan kelam berarak garang meluncurkan berondongan hujan.
Guntur dan petir mengaum bersahutan.
Wajah langit tak hanya kelabu tapi legam tak berupa.
Seketika tanya itu berulang: bencikah hujan pada bumi sehingga langit menuai badai?

Lalu bau tanah basah meruah.
Menghidupkan bumi dari kematiannya.
Menegakkan akar2 lemah sebab terpelanting usia.
Menyegarkan kuncup2 muda yang menyembul di balik dedaunan tua.
Aahh indahnya…
Masihkah harus terlintas pertanyaan yang sama? Mengapa ada benci untuk bumi?

Tapi kemudian angin membisikkan pada sebuah telinga tentang benci.
Bahwa terik yang melingkupi bumi itu bukan tanda benci, melainkan ekspresi cintanya pada bumi.
Bahwa hujan yang merintik bahkan membadai di langit bumi itu bukan karena benci, tetapi deklarasi cintanya pada bumi.

Dengan sadar lisan itu kembali berucap, kenapa semua bukan tentang benci tapi justru cinta yang bersemi?
Sebuah suara kemudian mengemuka, sejurus berkata, “Jawabnya ada disini, di hatimu sendiri.”

***

Ketika rinduku pada lelaki itu membuncah. Lelaki yg kupanggil dengan sebuah sebutan: Ayah. Miss u already dad…

Sunday, February 07, 2010

For You (teuing saha)

I wrote my words of my heart on the blue sky, but these were taken away by the wind

I wrote my words of my hearts on the beach, but the wave also took these away

So...I wrote my words in the depth in my heart...

And over there my words will be written forever...

Yeah I wanna write these words for you

Do you know what it that words??

The words are how much I Love You, and I just always thinkin’ of You...

***

Saat dia berkata, "Cm skrg..lg cari2 pndmping yg mw diajak ngejalanin semuany..hehe.."

Hmm sempat tercenung beberapa saat sambil berharap, "Ya Tuhan, smg yg dicarinya adalah aku..." (aamiiin...dalam hati)

2/6/2010/ 10:52:22 PM

Wednesday, January 27, 2010

Joke

Based on Boswell’s Journal for 31st May, 1764 (Joseph A. Galiian: Contemporary Abstract Algebra)

Let me laugh first before I tell you this ‘pikasurieun’ joke, wkwkwkwk, ok enough, check out it then…

***

-Man1-

I went this far with him, “Sir, allow me to ask you one question. If the Church should say to you, ‘two and three make ten,’ what would you do??”

-Man2-

“Sir,” said he, “I should believe it, and I should count like this: one, two, three, four, ten.”

-Man1-

&^%$#@? I was now fully satisfied.

***

Hahaha…aya2 wae iihh ieu joke teh, hadduuhh dassaarr Gallian…bissaaa ajjaa, hmm lumayanlah bacaan ringan di tengah2 kegalauan (halaah kamana atuh galauu…)

Tuesday, January 12, 2010

Perfect Moment

Hmm…perfect!!

Really like this moment. Kelar ujian. Udah nyampe kosan. Eehh…turunlah hujan. Alhamdulillah…kamar juga lagi adem2nya ini. Buku2 udah pada rapi di tempatnya masing2. Ga ada ceritanya daku pake tidur2 lagi di lantai sebab buku2nya yg naik jabatan tidur di kasur, hehe…*ngeles, bilang aja saking malesnya beresin buku.

Harusnya saat2 begini teh jadi saat2 yg sempurna banget buat baca buku di kasur sambil tidur2an. Selimutan. Nanti yg ada malah jadinya ketiduran. Haha…tapi sayang beribu sayang, daku lagi dihantam ketidaknyamanan. Sakit gigi, bo!!

OMG!!


Selama hampir 20 tahun ga pernah sakit gigi, sekarang ngerasain lagi. Tapi ini bukan sakit gigi karena berlubang2 kaya waktu umur 5 tahun dulu, ini nih my 29th teeth muncul…numbuh gigi bo eke…wkwkwk...ada lucunya tapi sayang ga bisa ketawa lebar2, paling mangap juga sekitar 0,5 cm (halah ga ada kerjaan pake diitung), nyut2an teu puguh euy…gatel juga, pengen digaruk jadinya, mikir pake apa juga ngegaruknya, hehe aneehh…

Sambil ngerasain nyut2annya si gigi yg mau hadir itu ditemenin sama lagunya D’Massive feat Kevin Aprilio, Rindu Setengah Mati, tuh ga nyambung kan?? Lagu kemana, yg dirasain sama si hati juga kemana. Benar2 dua arah yg berlawanan. Tapi ada kesamaannya sih: sakit. Yg satu sakit gigi, yg satu sakt menahan rindu. Halah…persamaan yg dipaksakan yaa…haha

Tapi 1 hal positif yg akhirnya daku temukan dari sakit gigi ini. Puasa ngomong. Daripada ngerutuk2 ga jelas atau ngeluh2 yg bikin sakitnya ga ilang, mending adem ayem dulu aja kali ye. Yaah meski orang2 di sekitar ngeliatnya rada aneh, na diem?? Ga mungkin, kecuali kalo emang lagi sakit. Nah ketauan deh sekarang, kalo diem pasti lagi something trouble sama kesehatan. Dulu2 migrain, tapi waktu sakit kepala sebelah itu masih bisa celoteh ini itu, masih sempet yg ngejoke juga. Tapi inih…nyeri waos, harruuhh…ga kuku mau mangapnya juga…jadi yasudlah, being silence for a while…

Hmm ada baiknya juga sih jadi diem sementara ini, jadi bisa dengerin orang2 ngomong, kan biasanya mereka tuh yg jadi pendengar setia daku, hehe…guys, sekarang daku merasakan apa yg kalian rasakan ketika daku ngacoblak ga kenal lelah…jadi malu sendiri. Ternyata daku cerewet pisan yaa…hmm belakangan jadi berpikir mengurangi kecerewetan. Tapi kemudian ditolak sama temen2, alasannya, “teu rame mun kamu cicing mah, na” (kitu lah kurang lebih dalam Sunda-nya).

So far, bener2 feel lucky deh, pokonya mah being grateful person, sebab Alloh masih kasih kesempatan daku buat diam sejenak, meski diemnya karena sakit gigi, tapi it did work bikin daku jadi mikir sesaat tentang sesuatu. Bahwa terkadang daku bisa nemuin momen yg indah banget ketika daku lagi berada dalam cobaan/musibah, macam sakit gigi ini. Intinya hmm dinikmati aja kali ya. Insya Alloh, Tuhan tuh kasih suatu kejadian bukan tanpa alasan. Dan alasan Tuhan kasih sakit gigi ini buat daku biar daku belajar buat mendengar, ga hanya jadi orang yg berkoar2 (beuh…ayaamm kali ah daku berkoar…).

And…welcome my 29th teeth…thank you Rabb for this priceless moment You gave to me…

11 January 2010

Wednesday, January 06, 2010

For My Little Prince



Untuk pangeran kecilku…

Bunda menunggumu
Sangat tidak sabar menanti tibanya waktu
Ketika suara tangismu memecah kesunyian hari yg semu
Sungguh wajah mungilmu mampu mengubah warna dunia kami, tak lagi abu2 atau kelabu
Tapi bertambah merah, kuning, hijau, ungu, dan biru
Lalu adakah rasa yg lebih hebat dari itu selain syukur yg tak jemu pada penciptamu??

*sigh*

Tak ada kata yg mampu
Selain, Alhamdulillah padaMU, Tuhanku…

-persembahan spesial buat para bunda, termasuk saya, yg tak sabar menanti tibanya seorang dia-

Nothing Happens by Chance

That’s the old quote which really catches on me. Well…meski kadang kalo nemu sesuatu yg kebetulan teh masih suka yg ngerasa weird2 gimanaa gitu, but that’s all fact, bukan sesuatu yg unreal. Kemudian saya jadi bertanya2 sendiri, ini teh kebetulan doang, or ada somethin’ behind it ya??

Hmm…dipikir2, emang ga ada yg kebetulan juga, secara Alloh teh udah ngatur sesuatu dengan sebaik2nya, tanpa cela, and everything happens for a reason. Cuma ya itu, sometimes kita ga ngerti apa ya yg ada di balik kejadian yg kita alami itu.

Pertandakah?? Peringatankah?? Ato apa yah?? Aahh…yg jelas mah, semua itu teh sesuatu yg bisa diambil pelajaran or hikmahnya, biar kita2 teh makin lihai di kehidupan yg kita jalani ini. Hahaii…so mature bgt sih si saya teh…

Back to the main discuss…hmm sebenarnya ada pengalaman 2 org teman yg asli bikin saya ternganga, ga percaya, try to denying it but didn’t work at all. Once more time ini fakta bukan rekayasa manusia. Nih saya ceritakan ya…

Once upon a time…there were two charming young people with their enthusiasm of life…(hahaha beginning-nya udah kaya fairy tale ajah)

***
-negeri di utara bumi, jam4 pagi waktu setempat, 25 Desember-

Malam natal, saat kebanyakan penduduk negeri merayakannya, ia dan beberapa mahasiswa pendatang lainnya diundang ke salah satu rumah warga Indonesia yg bermukim disana untuk dinner, sambil silaturahim juga sepertinya, mumpung besoknya juga libur.

Selesai dinner, berbincang2 agak lama menghabiskan malam, kemudian beberapa fellows memutuskan untuk istirahat. Tapi ia merasa matanya tak jua bisa terpejam. Akhirnya memutuskan untuk online, di sebuah sofa di salah satu ruangan hunian tersebut, sambil merasakan dinginnya winter yg belum juga mereda.

***
-tanah di timur katulistiwa, jam11 siang lebih sekian menit, 25 Desember-

Libur natal kali ini ia memutuskan untuk tidak pulang ke kota halaman. Meskipun ada cuti bersama, tapi 4 hari dirasa tak cukup untuk bersantai2 dirumah bersama keluarga, selain perjalanan pulang yg cukup panjang, tugas2 pun masih perlu ia prioritaskan. Jadi…she decided to keep staying ajah kali yaa…

Cashier: ini kembaliannya mba, dan ini nomor undian yg bisa ditukar dengan barang di stand depan, terimakasih sudah berkunjung…

She: oh iya mba, makasih

Sambil membawa belanjaan ia kemudian mengamati kupon undiannya, bertuliskan 8 digit nomor yg alamaak banyak kali…bisa2 lumutan kalo gue tunggu, batinnya. Tapi lalu ia memutuskan menunggu sejenak, buat seru2anlah, di kosan juga hanya bengong2 aja.

Akhirnya, ia membuka leptop, menunggu waktu sambil browsing. Aktifkan YM dan menulis di status: 123030**…banyaak sangaadd

***
-both of them met by chance-

Tiba2…

He- : Eh..eh..

She : yaa

He- : Itu nomer ap bu?

She : yg mana?

He- : Yg d status

She : owh no undian tuh, beuh nunggunya berapa lama yak?? cabbe daah

He- : Terus?

She : terus?? kaya tukang parkir aja pa, ga terus menerus

He- : Impossible !!!

She : kok impossible??

He- : Ga mungkin itu nomer ujian..

She : lho sapa bilang no ujian, coba dibaca lagi tuh atasnya
sekali lg, itu nomor UNDIAN bukan ujian

He- : No...no...

She : ada yg salahkah??

He- : Impossible...

She : kok impossible seeh?? meneketehe yaa, org dapet di struk belanjanya segitu kok

He- : Coba tulis nomerny bu. Biar sy jelasin..

She : 123030** jelasin?? emang perlu penjelasan kah?? u made me confuse sir

He- : Angka itu ad di kampus gajah duduk.

She : terus??

He- : Angka 1 di awal itu..Maksudny s1
Angka 2 itu fakultas ilmu kebumian..
3 itu teknik geofisika..

She : wait wait, maksudnya??

He- : 03 itu nunjukan angkatan..

She : owh owh i see, semcam nomer mahasiswa gitu??

He- : Dan 0** itu nomor urut mahasiswa..Itu nomer induk mahasìswa sy..

She : hah?? jadii?? kok iso sih??

He- : Itu lah..Sy ga pcy jg
Hehe..Itu NIM sy..

She : walah walah...daku sampe tanya sebelahku iki supaya liatin nomornya
khawatir salah, ini bukan salah daku lho pa, sory dory mory

He- : Haha..bukan bgitu bu..Cuma heran aj..What a strange..Kok bisa ya?...
ibu pula yg dpet..Pas d tulis dstatus pula..Pas sy ol pula..
Pdhl ini jam4 pagi..hehe..

***
OMG!!

That was the only word yg bisa saya keluarkan saat mendengar cerita itu. Ga ada yg lain. Pernah saya melontarkan tanya, “Kok bisa yaa?? Knp perempuan itu?? Knp jg harus lelaki yg itu?? Knp mereka coba?? Apakah ini a sign buat mereka?? It seems weird and unbelievable.” Ga logic gitu ya. Tapi kemudian satu hal dari sekian banyak hal yg bisa saya lihat maknanya adalah, bahwa terkadang manusia tak mampu menebak logika.

Kemudian saya berpikir, sangat salah rasanya jika saya sudah menganggap diri saya ini paham tentang logika. Sebab saya menyadari ada hal2 yg tak mampu dilogikakan. Ada variabel2 tak terukur yg berperan disana. Sejago apapun seseorang soal logika matematika, saya yakin, suatu saat dia akan menemui satu titik dimana logika manusia tak akan mampu mengalahkan logika pencipta logika itu sendiri. Sebab ada banyak hal yg tidak kita ketahui yg Alloh ciptakan. But HE knows what HE did.

“Alloh menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya…” (An Nahl (16), 8)


Aahh Tuhan…semakin saya menundukkan kepala ini padaMU atas apa2 yg tak saya ketahui tapi masih saja saya merasa tahu dan saya berlindung dari kesombongan macam itu. Untuk semua yg tak saya pahami, tapi saya percaya bahwa KAU meng-ada-kan setiap kejadian agar saya bisa lebih banyak belajar mempertajam rasa dan mengasah nalar.

Terima kasih, terima kasih Tuhan...

Wednesday, December 30, 2009

Photo di Dompet Tua

“Mbah, kelahiran tahun berapa sih??” Tanya saya suatu ketika pada mbah.

“Wah, mbah mah udah tua, kelahiran ’40.”

(hehe, yah atuh namanya juga mbah2, ya pasti udah tua…*dalam hati itu teh* eehh mbah lho yg bilang ya)

Lantas pikiran saya loncat kesana kemari, menghubungkan skema yg satu dengan yg lainnya tentang arti usia, masa tua, dan bekal menuju kesana. 69 tahun sudah mbah lalui, saya bergumam. Subhanalloh, setahun lebih panjang dari nabi.

Akankah saya tiba di masa tua saya? Menyaksikan uban2 yg kelak akan bermunculan. Memperhatikan keriput yg nantinya jadi kawan. Menikmati jerih payah muda sembari mengawasi beberapa cucu di pekarangan rumah hari tua yg damai di paris van java.
Hahaha…meuni jauh pisan atuh neng…

Saya tertawa, tapi dengan kesadaran tinggi. Suatu hari mungkin saya akan menjadi mbah seperti mbah saya sekarang. Tua, berkacamata, jalan kadang dituntun pula. Tapi menjadi seperti itu tidak lantas menjadikan saya khawatir yg berlebihan, seperti phobia terhadap kaca misalnya sebab ga tahan kalo liat keriput di sekitar wajah, atau ketakutan saat pergantian usia tiba, atau menggunakan cream anti aging yg ngga kira2 dengan harapan bisa memperlambat penuaan di muka. Hehe…

Saya juga sadar bahwa
menjadi tua merupakan tahapan yg tak terelakan sesudah masa muda, tentu dengan catatan jika Tuhan masih berkehendak memanjangkan bilangan usia saya di bumiNYA. Tapi sekarang masalahnya bukan berada pada seberapa tua saya dan sedekat apa saya dengan masa itu. Hal yg lebih utama untuk dipikirkan adalah sesadar apa saya dengan masa muda saya dan apa yg bisa saya ukir di masa itu sehingga keberadaan saya benar2 bisa diperhitungkan dan tidak sekedar sebagai figuran yg hanya sekali dua kali jalan. Tapi poin besarnya adalah pada optimalisasi kemampuan yg saya genggam, bukan pada arogansi diri ingin dilihat dan dielu2kan.

The emphasis is in my consciousness, bahwa saya harus bisa berkontribusi pada dunia yg menjadikan saya ada. Tidak hanya sekedar ingin. Tapi mimpi yg tak punya pilihan untuk tak diwujudkan. Baik dengan tindakan yg bisa dilihat secara kasat mata atau yg hanya mampu dirasa oleh hati saja.

Finally I myself, once again, can’t deny, because there’s no denying, I have no idea to make an alibi, that the days I have are really priceless. Sangat memungkinkan bagi saya memberi andil pada bumi yg makin hari menjadi tua ini. Saya bersyukur dengan masa muda saya, meski tak semuanya indah dan sesuai asa. Setidaknya banyak hal yg saya alami, banyak hal yg saya jumpai.
Semua itu memaksa saya untuk tidak hanya mampu mengamati tapi sekaligus supaya mengerti, memahami, hingga kemudian mensyukuri.

So Rina…come on, act your age!! (hehe…Rina said to herself to stop behaving like someone who is much younger, because she is really beginning to feel her age = feel old, wkwkwkwk)

And…I’m starting to show my age then…

Sejurus saya jadi teringat mbah, belakangan jadi sangat bersyukur, sebab saya masih bisa lari2, loncat2 sana sini, jalan cepat sesuka hati, bahkan mau kombinasi jalan sambil lari juga ga akan kewalahan bakal sakit kaki. Pun masih bisa nuntun si mbah yg katanya sudah jadi nini2 (
hehe, si mbah mah angger, da namanya juga mbah2 ya pasti nini2 juga lah…).

Saya bersyukur masih dikelilingi orang2 baik, yg masih menyisakan ingatannya untuk saya, yg ga bosan membaitkan doa2 tulus buat saya, yg tanpa henti menyemangati semua ikhtiar saya. Membuat saya tersadar bahwa saya tidak sendirian. Dan seharusnya saya tidak pernah merasa benar2 sendirian. Ada kamu, dia, mereka, kalian, baik dengan tanda kutip ataupun tidak. Dan…salah satunya adalah si mbah…

Pokoknya mah semakin semangat saja saya menjalani hari2 yg saya miliki. Sebab keberadaan saya disini, bukan tanpa alasan, bukan dengan sesuatu yg tak berdasar. Tuhan, makasih untuk hari kemarin, hari ini, dan hari besok yg masih jadi misteri.

***

“Pokonya mba Ina harus berhasil, mbah selalu doakan buat mba Ina, nih lihat, photo mba Ina selalu mbah bawa kemana2…”

Mbah puteri mengeluarkan dompet tuanya, warna merah yg sudah agak memudar pula, dan…aahh benar, ada photo saya disana…
my tears was falling then…

Tuesday, December 29, 2009

Sejuta Rindu Buat Ibu

Mamah : neng janten meser printer kangge leptop teh??
(neng jadi beli printer buat leptopnya?)

Neng : muhun mah, janten, da ieu oge nuju milarian.
(iya mah, jadi, ini juga lagi nyari)

Mamah : sabarahaan kitu neng?? Bade nu kumaha??
(berapaan gitu neng? mau yg kaya gimana?)

Neng : ah nu mirah wae mah, nu sederhana.
(ah yg murah aja, yg sederhana)

Mamah: cekap teu neng artosna??
(cukup ngga uangnya?)

Neng : cekap mah, sapalih ngangge artos beasiswa da.
(cukup kok, sebagian pake uang beasiswa)

Mamah : nya entos atuh upami nuju milarian mah, tong hilap emam nya.
(ya udah kalo lagi mencari, jangan lupa makan ya)

Neng : muhun mah, insya Alloh.
(iya mah, insya Alloh)

***

Percakapan ibu-anak yg saya tangkap beberapa waktu silam. Sudah lama sih, dua tahun lalu mungkin, tapi seketika teringat, entah kenapa. Apa karena saya rindu ibu ya?? Aahh…ibu, kata apa yg bisa menggambarkan sosokmu, malaikatkah? Hmm…tidak, tidak pas (sambil menggeleng2 kepala). Kenapa? Iya, jika malaikat digambarkan seperti sosok yg berbinar, maka binar ibu melebihi binar yg bisa dipancarkan malaikat. Jika malaikat dipredikatkan sebagai makhluk yg menjaga, maka penjagaan ibu lebih menyemesta daripada penjagaan malaikat, sebab ibu punya kartu matinya: doa.

Tentarakah? Hmm…ini juga tak tepat (sembari mengerutkan dahi: berpikir). Jika tentara diidentikkan dengan kegagahan dan kegigihannya membela tanah air, maka kehebatan itu tak mampu melampaui kepunyaanmu ibu. Gagahmu dalam menawarkan lengan, membuat saya nyaman dalam dekapan, memastikan tak ada satu pun yg mengganggu ketenteraman. Gigihmu saat meyakinkan saya tentang mimpi2, mengejar pelangi hingga ke ujung bumi, menghampiri matahari bahkan ketika ia tak menyinari.

Dewi dari kahyangankah?? Haha…saya tertawa, bukan ini juga. Jika dewi2 itu punya kelembutan seperti sutera, maka yg kau miliki tak bisa jadi tandingannya ibu. Too far. Because your heart is so special. Filled with sensitive emotion, yg bisa selalu jadi tempat aduan dan merebahkan kepala di pangkuan. And wherever life will take me, I’ll always have your deep devotion.

Hmm…seperti apa lagi ya?? Aahh ibu, seberapa pun banyak sosok2 hebat yg berkelebihan, tetap ibu yg jadi jagoan. Keberadaanmu seperti udara bu. Syarat perlu dalam dunia saya yg mejikuhibiniu. Cintamu, airmatamu, perhatianmu, peluhmu, darahmu, doamu, sungguh tak mampu kuganti dengan apa tak tahu. Hanya bisa sampaikan pesan pada Tuhan pemilik rindu, siapkan satu tempat terindah di SurgaMU untuk ibu.

Can’t say anything other than Alhamdulillahi jazaakillahu khoiro ibu… for everything you have gave to me…

***

Klik (telepon ditutup dari seberang sana)

Teman Mamah : si neng bade meser naon bu??
(si neng mau beli apa bu?)

Mamah : printer leptop saurna mah.
(katanya printer leptop)

Teman Mamah : oh, nu kumaha printer leptop teh?? Sami teu sareng printer komputer??
(oh, yg kaya gimana printer leptop itu? Sama ngga dengan printer komputer?)

Mamah : hmm…beda penginten, da leptop oge beda sareng komputer, upami printer leptop mah panginten tiasa dicandak kamana wae.
(hmm…sepertinya beda, kan leptop juga beda sama komputer, kalo printer leptop mungkin bisa dibawa kemana aja)

Teman Mamah : naha tiasa kitu??
(kenapa bisa begitu?)

Mamah : pan leptop na oge tiasa dicandak kamamana.
(kan leptopnya juga bisa dibawa kemana2)

Teman Mamah : ohh…??*&^%$#@

***

Ibu, miss u so ^^
I’ll do my best…

Sunday, November 22, 2009

2 Kata utk Cinta -1 babak-


Camera

Rolling

And…action

Mengapa harus kata ‘JATUH’ yang mengawali kata CINTA sehingga menjadikannya JATUH CINTA?
Apakah cinta memang selalu identik dengan musibah dan malapetaka?
Lalu, mengapa harus kata ‘MATI’ yang mengakhiri kata CINTA sehingga menjadikannya CINTA MATI?
Apakah cinta memang selalu menghadirkan segumpal lara dan setetes air mata?
Aahh…kenapa cinta begitu sulit dimengerti? Kenapa begitu sulit dipahami? Ke…


Cut…cut…cut…

Manna ekspresinya???

***

Drama 1 babak yg tak tuntas sebab si sutradara kurang puas dalam memandang dua kata untuk cinta tersebut di atas. Menurutnya terlalu cengeng, terlalu melankolik. Bertolak belakang dengan asumsinya soal cinta selama ini. Cinta itu adalah sesuatu yg kuat, yg hebat.

Yg mampu mengubah duri jadi mawar. Cuka jadi anggur. Malang jadi untung. Sedih jadi riang. Setan jadi nabi. Iblis jadi malaikat. Sakit jadi sehat. Bakhil jadi dermawan. Kandang jadi taman. Penjara jadi istana. Marah jadi ramah. Musibah jadi muhibbah.

(haha KCB bangeeetts…)

Kemudian dia berpikir, merenung sejenak di kursi yg biasa ia duduki ketika para pemainnya menjalankan peran, mencari tahu kenapa dua kata –jatuh dan mati- itu yg selalu digandeng dengan kata cinta. Lalu seorang aktornya mendekat, mengajaknya berdiskusi tentang cinta, tepatnya tentang 2 kata yg selalu dikaitkan dengan cinta: JATUH dan MATI.

Sutradara:

“Menurutmu, Tor, kenapa bisa JATUH cinta dan cinta MATI?”
(sejurus pandangan sutradara tertumpu pada satu titik, tapi entah dimana)

Aktor:

(berpikir sambil memainkan tangannya: buka laptop, and searching then)
“Ahha ini Pa, saya mendapat pengertian tentang ‘fall in love’ yg artinya ‘begin to experience feelings of love towards’ (mulai mengalami perasaan cinta). Dan ‘fall’ disini diartikan sebagai ‘to pass into a particular state, condition, or situation’ (memasuki situasi atau kondisi tertentu) seperti contohnya ‘fall asleep’ (mulai/menjadi tertidur). Karena kebanyakan orang kita mengartikannya word by word Pa, ya ‘fall in love’ jadinya JATUH cinta, Pa. (sambil nyengir)

Sutradara:

“Haha, pintar juga kamu ya. Kebanyakan memang seperti itu, mengartikan kata per kata, jadi agak rancu jika digabungkan maknanya. Contoh lain seperti arti dari kata ‘my heart will go on’. Kalo diartikan per kata maka jadinya ‘hatiku akan mulai pergi’ atau ada juga yg mengartikan ‘hatiku akan pergi terus’ padahal bukan itu arti yg sebenarnya. Yg dimaksud adalah ‘hatiku akan selalu ada’. Sangat jauh sekali kan bedanya, kontradiksi malah.

Itu dikarenakan frasa kata dalam bahasa Inggris ga bisa diartikan satu-satu dalam bahasa Indonesia. Seperti halnya ‘go on’, kalo diartikan satu-satu menjadi ‘mulai pergi’ atau ‘pergi terus’, tapi pada kenyatannya minimalnya ada 10 makna dari frasa kata itu di bahasa Inggris, diantaranya adalah ‘go on’ happen (e.g. What is going on?), operate (e.g. The spotlights go on automatically), continue (e.g. Please go on with you’re doing), please do (e.g. Go on, have another drink), etc.

(lho…lho…sutradara kemudian tersadar, bukannya tadi sedang mendiskusikan tentang 2 kata untuk cinta ya? kok nyambung kesini sih? sebelum diinterupsi si aktor, kemudian dia kembali ke jalan yg benar)
Lalu kalo cinta MATI?”

Aktor:

(berpikir sejenak, kali ini tanpa menggunakan internet, murni dari pemikirannya)
Hmm kalo cinta MATI, mungkin itu mengambil dari kisah Romeo and Juliet, Pa. Dimana cinta bisa membuat seseorang berani untuk melakukan sesuatu yg ekstrim, bahkan mati sekalipun, jadinya cinta MATI deh, hehe…

Sutradara:

(mencoba memahami jawaban si aktor sambil menangguk2an kepala, meskipun ga ilmiah, tapi make sense enough-lah)
Iya…iya betul juga ya…

Aktor:

Lalu sekarang gimana Pa Sutradara? Dilanjutkankah sayutingnya?

Sutradara:

(berkata sambil berdiri dari kursinya)
Dihentikan saja, kita les bahasa Inggris saja dulu biar ga salah2 lagi menerjemahkan…Ayo!

Aktor:

(dalam hati)
Hah? Les bahasa Inggris? ^$#42#@(*)??&*&^%

***

Sebagian diambil dari percakapan dengan seseorang di utara bumi sana...

Saturday, November 21, 2009

Hujan

Hujan…

I really need it right now…

I whispered it in my heart…

Then, the rain is coming out of the darkness cloud…

Alhamdulillah…

***

"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira." (Ar Rum (30) ayat 48)

Dan ketika itu, tidak ada alasan bagi saya untuk tak mengucap syukur yg amat mendalam. Atas kebutuhan saya pada hujan yg Alloh dengar dan kemudian Alloh ‘jatuhkan’ dari langit. Atas kebahagiaan yg mengisi rongga dada saya ketika hujan turun dan saya mulai mencium bau tanah yg basah. Atas atap yg masih menaungi saya hingga detik itu, sementara –mungkin- di sudut lain ada yg harus bersusah2 mencari tempat berlindung.

Alloh…terimakasih, untuk nikmat yg tak pernah henti KAU curahkan. Meski berkali2 saya menghentikan lisan untuk itu, bahkan demi sebuah gumaman “Terimakasih Tuhan…”

***

Ketika hujan datang bagai berondongan senapan…

Friday, November 20, 2009

Rinduku di Batas Waktu


Suatu waktu, dalam temaram lampu, ketika tetes hujan mulai turun satu-satu...saat itulah aku kembali mengingatmu...

Tuhan...selamatkan hatiku...

***

I miss you
When something really good happens,
Because you are the one
I want to share it with…

I miss you
When something is troubling me,
Because you are the one who
Understand me so well…

I miss you
When I laugh and cry
Because I know
That you are the one
That makes my laughter grow
And my tears disappear…

***

Andai boleh berkata andai…
“seandainya dia tahu…tapi ah…rasanya cukup Alloh saja yg tahu…”

Friday, October 23, 2009

Short Note


Tak bisa disangkal bahwa hidup kita dilombakan dgn waktu. Sangat tidak mungkin bisa menghindar dari pergerakannya. Siapa yg terlena akan tertinggal, siapa yg bergerak lincah melintasi jaring2 waktu akan bisa selamat dari jebakan waktu yg tampak samar. Maka sikap yg paling bijak adalah mewaspadai gerak gerik waktu sambil menyusun strategi agar tak kalah dan bisa selangkah lebih maju.


Perlawanan waktu hanya bisa ditarung melalui kadar iman. Sebab hanya seseorang yang punya genggaman erat terhadap kefahamannya saja yang akan mampu bertahan di segala ruang kehidupan, baik sempit atau lapang, di setiap kondisi jalanan hidup, baik yang rata atau berbatu. Ini akan jadi satu bukti tak terbantahkan bahwa segala sesuatu yang semu tak bisa jadi indikator penentu kemenangan.

Maka pilihannya bukanlah kalah atau menang, tapi menang atau belajar. Sebab dengan demikian kita tidak akan pernah merasa gagal. So saya mengingatkan pada si Aku…tetaplah waspada pada jalan yg sedang disusuri, lihat kiri kanan atau belakang jika perlu, hati2 dgn setiap tanda dan rambu2, agar sampai dengan selamat di tempat yg dituju.

***

catatan kecil ketika menyusuri jalan berkerikil...

Wednesday, October 21, 2009

3 M Story...-Mas-->Me-->Mbak-

Me: Mau yang kaya gimana sih, Mas??

Mas: Hmm…yang cantik, putih, tinggi, pintar, dari keluarga baik2 dan tentunya sholihah…

Me: (dengan sangat kaget sekali) Hah?? Yakin sama kriteria itu??

Mas: (menanggapi dengan naïf) Lho, knp Mas mesti ngerasa ga yakin??

Me: (speechless then) …&%$)%#@^*??

***

Weewh banyak amat ya kriterianya, ga salah si Mas tuh?? Pantesan aja umur segitu belum merit, lagian maunya yg high quality seeh. “Yee…umur 27 mah masih oke2 aja kali buat lelaki kalo belum nikah, lagian nyari mapan juga kok," gitu jawabnya si Mas kalo si Me nyeplos kalimat di atas itu.

“Lagian wajar kan ingin dpt yg terbaik??” si Mas keukeuh sama maunya itu. Si Me dalam hati cuma bisa bilang, “Iya, tapi yg terbaik kan ga harus yg cantik, putih, tinggi…bla…bla…sholehah pula...” huff…

“Kalo gitu Mas ga bisa nikah sama satu perempuan!!” akhirnya yg keluar dari mulut si Me malah itu. Si Mas melongo, seolah bilang, “Maksudnya??”

“Soalnya yg Mas mau itu banyak, dan yg banyak itu ga bisa hanya dari satu org!!” si Me agak sewot ogeh. Gawat kan kalo si Me suruh nyariin kriteria2 itu di satu wanita.


Kemudian si Me jadi mikir, knp sih masih aja ada org (mau lelaki kek, perempuan kek, termasuk si Mas itu) yg lebih ngutamain sisi fisik -yg dia sendiri nyadar kalo itu bersifat semu- ketimbang sisi lain yg ga keliatan tapi punya dampak yg berkepanjangan. Yg ga sopannya, kalo udah minta yg macem2 terus ditutup sama “…yg sholehah pasti.” Knp kriteria sholehah jadi yg paling akhir??


“Nabi juga menyebutkan kriteria sholehah di akhir kok!!” si Mas pernah jawab kaya gitu waktu si Me tanya. Tanpa basa-basi si Me pukul aja kepala si Mas pake bantal, biar kepalanya jernih lagi. Meskipun si Me tahu si Mas cuma nge-joke doang, tapi sungguh itu ga lucu banget. Malah bikin persepsi kalo si Mas bukan org yg faham agama. Pliis deh Mas udah ngaji brp taun seeh??

“Emang org faham ga mau yg cantik??” iihh…jadi gareretek hoyong menganiaya si Mas. Gitu tah kalo hadist dipake mainan, cuma diambil sepotong2 aja, yg dirasa menguntungkan itu yg dipake, tanpa mengindahkan kalimat sebelum atau sesudahnya.

“Kalo Mas mau selamat pilih yg baik agamanya!!” si Me mengingatkan kalimat lanjutan hadist mengenai kriteria wanita untuk dinikah menurut Rasululloh. Yg diingetin cuma mesem2.

***


Si Me kemudian jadi kepikiran pernyataan si Mas di awal tadi, “Wajar kan ingin dpt yg terbaik??” Iya siy, wajar bgt, siapa juga pasti maulah dikasih yg terbaik. Tapi yg terbaik itu ga melulu soal fisik kali, meskipun ga bisa dipungkiri punya penampilan luar yg baik memang perlu. Cuma rasanya ga bijak aja ya kalo seseorang pengen yg terbaik buat pendamping hidupnya tapi dia ga berusaha membaikkan dirinya sendiri.Padahal Alloh tuh udah ngejanjiin kan kalo wanita yg baik buat lelaki yg baik, wanita penzina/jelek ya buat lelaki yg demikian pula. Ato lebih singkatnya, pendamping hidup seseorang itu cerminan dirinya sendiri. Kalo faham ya cerminnya juga faham.

Kadang manusia tuh suka lupa kalo sesuatu yg semu itu bisa menipu dan akan rusak pula dimakan waktu. Terus sering lupa juga kalo hanya ke-sholehah-an seorang wanitalah yg bisa diandalkan dan bisa dijadikan teman dalam setiap fase kehidupan, baik fase yg membahagiakan atau kebalikannya, kesedihan.

Sebab ke-sholehah-annya itu yg jadi indikator kedekatan dan keberserahan dirinya pada Alloh. Sebab ke-sholehah-annya itu juga yg bisa membuat seorang wanita memiliki kemantapan cara pandang, yakni mengorientasikan setiap segi kehidupannya pada mencari wajah Alloh (Mardlotillah Oriented).


Jadi…sah2 aja pengen yg terbaik, manusiawi, tapi yg jelas ga manusiawi adalah ketika ingin yg lebih tapi ga berusaha melebihkan diri. Satu lagi, ke-sholehah-an itu ga selalu berbanding lurus sama penampilan luar yg semu lho…

***

Singkat cerita, si Mas ketemu sama perempuan yg cocok bgt sama kriterianya. Cantiklah pokonya mah. Kemudian berkesempatan silaturahim kerumah si Mbak itu. Bla…bla…beres, terus si Mas dan Me pulang diantar sama si Mbak ke depan pintu gerbang.

Tiba2…bruuggg!! Poster besar calon2 legislatif yg dipasang pake kayu2 besar di pinggir jalan rumah si Mbak ambruk dan menimbulkan bunyi yg cukup keras.

Mbak: eh…eh…kopret…copot…ma peot kaserepet…(latah)

Mas_Me: (berpandang2an)

Hah??!! Si Mbak latah…si Me bisa langsung menangkap raut pucat wajah si Mas. Lalu ada sebuah cekikikan yg sebenarnya ingin dilampiaskan si Me, tapi ga tega liat kondisi si Mas.

Lalu beberapa waktu setelah itu...

Me: Cantik aja ga jadi jaminan kan, Mas??

Mas: (mengangguk) He em…

Me: Jadi sekarang kriterianya gmn?? (si Me nanya kaya gitu teh berharap si Mas menyadari bahwa kesempurnaan fisik belum tentu perfect segala2)

Mas: Masih sama…tapi ga pake latah…

Me: Gubrraaakkk!!!

***

p.s. buat si Mas, sorry tak tulis pengalaman itu, biar jadi pelajaran buat yg lain juga...xixixi
teruuuss geura get merit atuh tong betah2 jadi dokter jomblo...wkwkwkw

Monday, October 19, 2009

Yang Tak Terdefinisi


Rabb…
Peliharalah ia
Dengan bentangan angin Surga
Dan nyanyi bidadari
Sebab...
Tak cukup cintaku
Merengkuh keindahannya

***

p.s. untuk sesuatu yg entah apa atau siapa dan dimana...si Aku bilang sama Tuhannya smg si Aku dikasih kesabaran menanti sesuatu yg masih tak terdefinisi itu...

Saturday, October 17, 2009

Note Tentang Award



Aarrggghh…

Kenapa ya peran protagonist selalu teraniaya, selalu muncul dengan tipe yang sama?? Kenapa tokoh kategori ini ga pernah –sebentar saja- merasa bebas dari penindasan?? Pasti nangis lagi nangis lagi. Apalagi kalau melihat sinetron sebuah negeri (saya ga bilang Indonesia lho ya…)

Huh…ini membuat pikiran saya ga bisa menjauh dari pandangan minus kehidupan: yang kuat (lawan protagonist: antagonis, -red) –cenderung bahkan kebanyakan- akan berada pada jalur utama.

Tapi…bukankah itu sebuah keniscayaan ya?? Pihak dengan kekuatan yang mumpuni cenderung berada di rating tertinggi. Saya pikir, itu bisa saja terjadi bukan sebagai cela kehidupan, tapi implikasi logis yang harus diterima: yang berkuasa yang kuat. Lalu fakta mana lagi yang bisa mematahkannya??

(berpikir sejenak) hmm…ga ada!!

(berkata dalam diam, hampir seperti sebuah bisikan) Tapi kekhawatiran macam itu sebenarnya tak harus muncul kan. Toh pada akhir cerita, protagonist yang selalu menyandang predikat juara. Entah melalui plot yang masuk logika atau ga sama sekali bahkan terkesan memaksa.


Pangeran berkuda putih, atau berkuda besi, atau apalah yg intinya sosok hero, sudah dipersiapkan dari awal scenario. Dia sudah berada disana sejak since pertama diputar. Hanya saja sosoknya masih menjadi bahan praduga, seperti apa rupanya, bagaimana aksinya, kapan ia akan menyapa dunia, etc. Dia datang sebagai partner protagonist mengimbangi keniscayaan si kuat.

Tapi kemudian saya jadi berpikir lagi. Iya sih saya hidup di dunia ini sebenarnya juga seperti si aktris/aktor di tivi itu, menjalankan peran. Tapi yg berbeda adalah bahwa saya disutradarai oleh Sutradara Terbaik yang ga pernah akan dzalim sama si aktris/aktorNYA.

Skenarionya pun istimewa. Sudah ada beribu2 tahun sebelum si pemain ada. Jadi setiap alur, plot, setting tempat dan lain2 semuanya sudah benar2 dipersiapkan. Jadi ga mungkin ga bisa diuraikan dgn sebuah logika. Meski untuk mencapai logika itu perlu waktu yg mungkin lama, tapi bisa juga dalam sekejap mata. Semuanya digariskan berdasarkan tujuan dan manfaat yg tertulis di catatan cerita itu.

Jadi ga mungkin kalo saya menjalankan peran yang nangiiiis terus, atau teraniayaaaa terus, atau ketawaaaaa terus, ga mungkin. Sebab Pembuat Skenario ingin si aktris/aktorNYA merasakan berbagai macam peran kehidupan, supaya si pemain bisa tahu apa yg harus dilakukannya ketika berada dalam setiap babak, biar si aktris/aktor sadar betapa beruntungnya dia pernah menjalankan peran yg beda2 sehingga bisa nambah pengalaman dan bisa ngambil makna dari setiap cerita.

Lebih jauh lagi, dari peran2 yg kita mainkan, nantinya Sutradara Terbaik itu bisa memutuskan siapa2 yg berhak didaulat menjadi aktris/aktor terbaik versi Reality Life Award. SCTV atau Panasonic Award mah lewaaatt…

Dan yg lebih mengasyikannya, di akhir pemutaran scene kehidupan nanti, yg jadi pemenang akan dibawa ke suatu tempat yg paling indah, yg belum pernah dilihat oleh mata sebelumnya, yg belum pernah didengar telinga sebelumnya, yg ga bisa dibayangkan pikiran sama sekali. Kemana?? Iya, ke Surga, selamanya lagi. Benua Eropa dan Amerika aja mah lewaaatt…

Jadi…kalo mau dibawa ke tempat indah itu, mesti sabar menjalani peran2 selanjutnya. Ga perlu ngerasa susah sebab hadiahnya pun sangat indah. Perlu pengorbanan yg ga dikit kali. Yaa…sama kaya aktris/aktor di tivi2 itulah, perlu usaha keras biar tampangnya eksis terus. Perlu permak sana sini supaya bisa dapat peran yg beda2.

Pertanyaannya sudah siapkah kita jadi pemain dari Skenario Istimewa yg ditulis langsung oleh Sang Sutradara Terbaik di Arsy-NYA sana??

p.s. haha...gaya si Aku teh meni siga pemikir, banyak mikir, tapi kayanya mah kebanyak nonton sinetron seeh, jadi weeh kitu...^^

Monday, October 05, 2009

si Sayah dan Hati-nya

FADE IN:
INT. DIANTARA DUA DINDING –PAGI

Rona segumpal Hati tak seceria biasanya dan si Sayah yang menyaksikannya tampak berkewajiban menghiburnya.

(si Sayah bertanya pada Hati)
Heh Hati, kumaha yeuh damang [apa kabar –red]??

(ZOOM IN)
(ceuk Hati [kata Hati –red] pada si Sayah sebagai respon)
Menurut lo??

(si Sayah berkata lagi pada Hati, ayeuna bari jeung seuri [sekarang dgn tersenyum –red])
Hehe…meni sewot ih…[sewot bgt –red]

(Hati melirik pada si Sayah dengan sorot mata tajam, maksudna mah supaya si Sayah sieun [maksudnya supaya si Sayah takut –red], tapi it didn’t work at all)
-lirikan singkat namun dahsyat-

(si Sayah beuki [makin –red] tertawa terbahak2)
Hahaha,,,fatal Hati mun [kalau –red] kamu barharap dengan lirikanmu itu si Sayah bakal sawan [takut –red]…

(ZOOM OUT)
(Hati is thinking then, kumaha carana meh si Sayah cicing [gmn caranya agar si Sayah diam –red])
-lalu…Hati is leaving…-

(si Sayah matanya jadi terpicing)
Euleuh [eh –red] si Hati ditanya teh malah berpaling…

# Epilog #

Hati berhasil dengan strateginya: membuat si Sayah terdiam. Si Sayah juga tidak bisa berbuat apa2 setelah Hati pergi. Secara kalau diteruskan hasilnya si Sayah akan jadi pembicara tunggal. Dan itu posisi yang tidak cukup mengenakan. Salah2 disebut jalmi nu keur teu damang [org yg sedang sakit –red]. Jadilah si Sayah terdiam kelu di sudut waktu.

Jadi intinya penggalan di atas hanya sebuah fiktif belaka yang ditulis tanpa rencana dan keluar begitu saja. Tanpa bisa diduga kemana akhir akan bermuara. Jika ada kemiripan tokoh, tempat atau alur cerita, itu hanya sebuah kebetulan semata yang tidak direka2.

p.s. efek samping setelah membaca cerita di luar hak cipta. Jika Anda merasa terbawa gila, maka si pencerita hanya bisa berdoa, semoga lekas diberikan kesadaran jiwa. Jika sakit berlanjut dilarang keras menyetel musik dangdut (lho?? hahaha emang ga nyambung yang ini mah...).