RSS Feed

Monday, December 28, 2009

Wajah2 di Sudut Hati

Intro lagu yg diawali dengan dentingan tuts piano ini membuat saya tercenung barang sesaat. Berpikir sejenak, kemudian tertawa tanpa terbahak. Saya mengingatmu, mengingat dia, mengingat kalian. Wajah2 yg selalu hadir di empat tahun kehidupan saya dan untuk seterusnya di sisa usia saya. Dan kebersamaan itu telah mengukuhkan segenap jiwa dan raga saya untuk mengklaim kalian dengan sebuah predikat: SAHABAT.

Tak hanya soal akademik yg kalian tahu tentang saya, tapi semua. Kelebihan saya, kekurangan saya, bahkan kebiasaan saya yg setengah mati saya sembunyikan, kalian tetap tahu. Tak hanya tawa yg kalian urai untuk saya, tapi duka pun kalian pecahkan menjadi titik embun yg menyejukkan jalan saya. Setiap kejadian yg menghadirkan lengkung senyuman atau tangis yg membuat langkah kita terhenti sejenak, semua itu membuat saya makin menyadari betapa berharganya kebersamaan dengan kalian. Bahkan saat kita jauh sekalipun, entah ketika ada sesuatu yg tak berada di tempatnya, saya merasakannya. Terlepas saya kalian ingat atau sebaliknya, terlupakan.

Kemudian, hati saya bertanya,
Tuhan sebegitu hebatkah ikatan ini hingga yg tak terkatakan pun saya merasakan??
Inikah wujud robithoh2 itu??
Beginikah efek menghadirkan wajah2 mereka dalam doa dan sujud saya??


Lalu ada perasaan bersalah ketika sekian lama saya tak mengetahui kabar wajah2 itu. Apa yg terjadi pada mereka, bagaimana kondisi ruhiyah dan jasadnya, semuanya. Namun, percayalah wajah2 teduhmu, dia, dan kalian, tak mungkin luput dari lisan ini. Melafadzkan nama2 kalian sudah menjadi rutinitas, dan mengubah rutinitas itu sama saja menawar bumi agar berhenti memutari matahari. Haha…terdengar berlebihakah?? Ahh biarkan saja.

Kamu tahu, sahabat, menyejajarkan langkah saya dengan langkahmu tak semudah yg saya duga. Butuh energi berlipat mengejar kalian, agar saya menjadi bagian dari kalian, supaya saya bisa merasakan semangat yg luar biasa yg kalian pancarkan. Pastinya saya memerlukan kesabaran tingkat tinggi yg terkadang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Tapi lantas saya tak peduli dengan seberapa waktu yg saya sisihkan untuk berjuang bersama kalian. Tak selintas pun terpikir menghitung banyak tenaga yg saya keluarkan untuk berlari bersama kalian. Cukup, cukup Tuhan yg mengetahuinya. Iya, cukup DIA saja yg menjagakan apa yg saya rasa agar berada tetap di tempatnya, tanpa cacat.

Bahkan ketika saya menyadari saya sakit hati dengan sikap kalian. Saya kalian abaikan. Atau dilupakan. Atau apalah yg menuai protes di hati dan tak sejalan dengan harapan. Seketika saya marah, tapi kemudian saya tertawa, haha…begini rasanya menjalani persahabatan yg sesungguhnya. Tak selalu bahagia yg jadi latar, melainkan ketidakenakan keadaan pun menjadi harga yg tak bisa ditawar. But, you have seen it, semua itu justru mengokohkan kaki kita, bukan menceraiberaikan. And even we more close to each other.

Saat kita berbeda pendapat. Satu sama lain mengusung dan mempertahankannya dengan banyak argumen logis yg tak jarang bikin kita diem2an. Sampai2 ada yg ga mau saling menatap. Oke, we need time to figure out anything yg datang mendadak ke hidup kita. Kita sudah mengerti satu sama lain bahwa masing2 kita butuh ruang untuk berpikir sendiri, bahkan ketika saya menghilang, kalian tahu dimana menemukan saya: toilet JICA lt1.

Kita sama2 mengerti bahwa kita punya cara masing2 menjernihkan benak yg kacau. Mencoba meredam sendiri energy negatif agar tak menular pada yg lain. Ahh sahabat…tak akan habis waktu saya menggambarkan tentangmu, tentang kebersamaan kita, tentang amarah yg diakhiri dengan tawa, tentang ilmu2 kehidupan yg satu-satu telah kita catat rapi di benak dan hati kita, tentang kedewasaan bertindak menghadapi apapun dan siapapun, tentang…semua.

Pernah bertanya kenapa kalian dipertemukan dengan saya, dengan dia, dengan mereka?? Pertanyaan itu yg akhir2 ini bertengger dan terperangkap selama beberapa saat di kepala saya. Hingga saya menemukan alasannya, dari versi saya sendiri. Kalian hadir bukan suatu kebetulan untuk hidup saya. Nothing happens by chance. Alloh sudah menakdirkan saya bertemu kalian. Memperbaiki diri dengan bantuan kalian. Mendekatkan langkah padaNYA lewat kalian.

Kalian juga bukan seorang figuran di scene hidup saya, yg hanya sekali lewat, yg diabaikan setelah tak terpakai. Bukan. Kalian adalah pemeran utama dalam cerita saya. Meski harus ada tangis, kecewa, konyol, marah, dzon2, etc. Namun kawan tahukah yg menjadikan semua indah hal2 tidak indah itu menjadi indah?? Sebab pertemuan kita dilandasi oleh cintaNYA, cinta kepadaNYA. Setelah itu habis perkara.

Done.

***

Saat mendengar alunan “Bersamamu”-nya Vierra…hahaha berasa teenager euy!! Aah bae aah…

Guys…we grew up!! And become an adults is not easy, but it’s not a reason to make it easier…Love u guys, with all of my soul…^^

2 comments:

m@ncunk said...

beruntungny mereka yg jadi sahabat2mu itu..

dunia rina okta said...

u are one of them mbaa...^^
btw dirimu yg paling setia yah eksis di blogku, baguzz baguzz baguzz...ntr kalo udah di holland sering2 mampir yee hehe

Post a Comment