Haha…
Si Aku baru menyadari kalau dia senang dengan caranya memandang waktu yg berjalan bersamanya. Setiap saat dia bisa merasakan perubahan yg terjadi di dalamnya, sebab dia berada di salah satu tepian waktu. Meski terkadang pergerakan waktu sangat cepat untuk disejajarkan dengan langkahnya yg kelewat lambat, tapi si Aku cukup bangga masih bisa bertahan dan konsekuen di jalur yg dia pilih untuk hidupnya.
Kemudian si Aku jadi teringat sebuah…mm…entah pepatah entah kalimat bijak, whatever, katanya, “Hidup itu adalah penjumlahan dari setiap pilihan2 yg kamu ambil.” Iya juga yah, tanpa si Aku sadari hidupnya dihadapkan pada banyak sekali pilihan. Dan cuma dia yg bisa mengendalikan pilihan itu, maksudnya, dia bebas memilih pilihan mana yg akan jadi bagian hidup si Aku selanjutnya.
si Aku tak mengelak jika di detik pertama kemunculannya orangtuanya yg berperan besar memilihkan pilihan itu untuknya, sampai akhirnya si Aku benar2 bisa memilihnya sendiri. Sejauh ini si Aku bersyukur dengan sikap bapak-ibu-nya yg –mencoba- tak ikut campur dalam pengambilan keputusan untuk keberlangsungan hidup si Aku, tapi bukan berarti si Aku tak meminta pendapat keduanya lho.
Lalu si Aku berpikir, hidup itu mengenai pilihan –yg didukung juga oleh kesempatan tentu- dan setiap pilihan yg dihadapkan pada wajah seseorang boleh jadi sama, sebab dalam jalan hhidup seseorang dgn orang yg lain bisa jadi memiliki satu atau lebih titik pertemuan yg sama, bedanya mungkin ketika memilih pilihan2 itu.
Hmmffhh…ketika si Aku melihat kembali jalan2 yg telah disusurinya hingga membawanya pada masa yg sekarang, dia jadi sangat2 bersyukur bisa menjadi dirinya. Meski mungkin dalam perjalanannya banyak kerikikil2 dan tikungan2 tajam yg membuat lajunya melambat, si Aku untungnya masih bisa bertahan. Tapi bukan semata atas kekuatannya.
Da si Aku mah just an ordinary people ajah kok…Tapi, atas bantuan Tuhannya yg tak pernah bosan memberinya petunjuk2, atas perhatian bpk-ibu-nya yg tak lelah menyertakan namanya dalam setiap sujud, atas dukungan sahabat2nya yg selalu bisa mengembalikan semangatnya ketika hidup sedang menggempurnya jatuh, atas semua pihak yg hingga detik ini masih mengingat adanya keberadaan si Aku…semuanya saya syukuri Alhamdulillah, Alhamdulillahi jazaakumullohu khoiro…
Be there for me Alloh, mom-dad, guys…
I realize then, that I’m a lucky person in this world…^^
Si Aku baru menyadari kalau dia senang dengan caranya memandang waktu yg berjalan bersamanya. Setiap saat dia bisa merasakan perubahan yg terjadi di dalamnya, sebab dia berada di salah satu tepian waktu. Meski terkadang pergerakan waktu sangat cepat untuk disejajarkan dengan langkahnya yg kelewat lambat, tapi si Aku cukup bangga masih bisa bertahan dan konsekuen di jalur yg dia pilih untuk hidupnya.
Kemudian si Aku jadi teringat sebuah…mm…entah pepatah entah kalimat bijak, whatever, katanya, “Hidup itu adalah penjumlahan dari setiap pilihan2 yg kamu ambil.” Iya juga yah, tanpa si Aku sadari hidupnya dihadapkan pada banyak sekali pilihan. Dan cuma dia yg bisa mengendalikan pilihan itu, maksudnya, dia bebas memilih pilihan mana yg akan jadi bagian hidup si Aku selanjutnya.
si Aku tak mengelak jika di detik pertama kemunculannya orangtuanya yg berperan besar memilihkan pilihan itu untuknya, sampai akhirnya si Aku benar2 bisa memilihnya sendiri. Sejauh ini si Aku bersyukur dengan sikap bapak-ibu-nya yg –mencoba- tak ikut campur dalam pengambilan keputusan untuk keberlangsungan hidup si Aku, tapi bukan berarti si Aku tak meminta pendapat keduanya lho.
Lalu si Aku berpikir, hidup itu mengenai pilihan –yg didukung juga oleh kesempatan tentu- dan setiap pilihan yg dihadapkan pada wajah seseorang boleh jadi sama, sebab dalam jalan hhidup seseorang dgn orang yg lain bisa jadi memiliki satu atau lebih titik pertemuan yg sama, bedanya mungkin ketika memilih pilihan2 itu.
Hmmffhh…ketika si Aku melihat kembali jalan2 yg telah disusurinya hingga membawanya pada masa yg sekarang, dia jadi sangat2 bersyukur bisa menjadi dirinya. Meski mungkin dalam perjalanannya banyak kerikikil2 dan tikungan2 tajam yg membuat lajunya melambat, si Aku untungnya masih bisa bertahan. Tapi bukan semata atas kekuatannya.
Da si Aku mah just an ordinary people ajah kok…Tapi, atas bantuan Tuhannya yg tak pernah bosan memberinya petunjuk2, atas perhatian bpk-ibu-nya yg tak lelah menyertakan namanya dalam setiap sujud, atas dukungan sahabat2nya yg selalu bisa mengembalikan semangatnya ketika hidup sedang menggempurnya jatuh, atas semua pihak yg hingga detik ini masih mengingat adanya keberadaan si Aku…semuanya saya syukuri Alhamdulillah, Alhamdulillahi jazaakumullohu khoiro…
Be there for me Alloh, mom-dad, guys…
I realize then, that I’m a lucky person in this world…^^
No comments:
Post a Comment