Teman:
Kapan lulus??
Si Aku :
(ingin sekali menjawab, “kapan2…” tapi kemudian bicara sambil tersenyum dalam ketidakpastian)
Insya Alloh akhir tahun ini…Mohon doanya aja…
# Bag 2 -2008 #
Teman:
Ehh dah lulus ya?? Selamat ya…Kerja dimana sekarang??
Si Aku:
(bersyukur diam2 sebab kali ini punya jawaban pasti…)
Owh iya Alhamdulillah disini…bla…bla…
# Bag 3 -2008 #
Teman:
Ih gaya ih udah gawe…sok atuh iraha merit teh?? [ya udah kapan nikahnya –red]
Si Aku:
(huff…mesti jawab apa?? Pengennya mah menjawab dengan pasti, tapi lagi2 menggantung…)
Hmm…kapan ya?? Nya atuh doain weh biar segera…
Huff…si Aku menghela nafas panjang. Hehe…kemudian terkekeh di kesendiriannya. That’s a life, simpulnya sambil menarik salah satu sudut bibirnya ke atas: tersenyum sepotong. Yeahh…selalu ada pertanyaan2 macam itu dalam hidup, bahkan tanpa melalui pesan-memesan sebelumnya. Entah sebagai sebuah bentuk perhatian sajakah atau hanya keisengan semata. Dan entah pula kapan tradisi itu bermula. Yang jelas dia mengalaminya.
Si Aku jadi berpikir kenapa harus ada pertanyaan2 itu dalam setiap jenis obrolan kehidupan. Seolah si penanya berkedudukan sebagai orang yang selalu ‘mau tauuuu aja’. Apakah tidak ada tema yang lebih ok?? Tapi…hahaha…si Aku jadi tertawa dan berpikir lagi, justru itu yang ok kan, lebih situasional, sebab bersinggungan langsung dengan yang dijalani. Terkadang penting juga orang lain mengetahui ke-update-an hidup kita dan sebaliknya. Boleh jadi seseorang mendapat pencerahan dari apa yang orang lain alami dan terinspirasi melakukan hal yang lebih positive. Nah masalahnya muncul disini: ada yang mau berbagi, ada yang menutup diri dan ada pula yang biasa saja.
Beda orang beda kepala tentunya. Ada yang senang kehidupannya ter-blow up, terbuka ketika ditanya tentang rencana kehidupan yang sedang dijalaninya. Ada yang sensitive kalau ditanya masalah privasinya dan memilih diam bahkan menjauh. Ada juga yang ga punya rasa alias lempeng2, prinsipnya: asik aja selama ga ganggu gue.
Praktis kemudian si Aku membandingkan, kalau begitu apa bedanya dia dengan selebritis ya?? Mungkin dia hanya kalah dalam jumlah relasi saja barangkali. Atau berakting hanya di depan orang2 sekitar bukan di depan kamera. Waduwh…kok malah nyambung ke selebritis seeh?? Ya jelas bedalah…Haha…si Aku mah aya2 wae…mauu ajah disama2in sama si seleb.
Tapi kemudian si Aku jadi bersyukur juga dengan pertanyaan2 macam itu, bersyukur masih ada yang melontarkan pertanyaan itu padanya. Serasa diperhatikan oleh orang2 yang berputar di dunianya. Dan itu cukup menjelaskan bahwa di mata mereka si Aku ada, eksis. Meskipun niat awal mereka mungkin ya…hanya basa-basi, daripada ga ada obrolan sama sekali, si Aku tetap menganggapnya sebagai suatu bentuk peduli.
Meskipun terkadang mereka bertanya di kondisi yang tidak tepat, si Aku yakin mereka tak bermaksud menyudutkan. Meskipun sempat bosan dengan pertanyaan2 yang itu2 saja, sementara si Aku belum bisa memberikan jawaban yang berbeda pada mereka, si Aku sangat berterimakasih sebab dari sana dia diingatkan betapa dirinya belum beranjak dari posisi itu dan harus segera memulai sebuah pergerakan baru sehingga bisa menjawab setiap pertanyaan tanpa ragu.
Dan belakangan si Aku merasa harus benar2 mengatakan: I thank you, guys…
Si Aku jadi berpikir kenapa harus ada pertanyaan2 itu dalam setiap jenis obrolan kehidupan. Seolah si penanya berkedudukan sebagai orang yang selalu ‘mau tauuuu aja’. Apakah tidak ada tema yang lebih ok?? Tapi…hahaha…si Aku jadi tertawa dan berpikir lagi, justru itu yang ok kan, lebih situasional, sebab bersinggungan langsung dengan yang dijalani. Terkadang penting juga orang lain mengetahui ke-update-an hidup kita dan sebaliknya. Boleh jadi seseorang mendapat pencerahan dari apa yang orang lain alami dan terinspirasi melakukan hal yang lebih positive. Nah masalahnya muncul disini: ada yang mau berbagi, ada yang menutup diri dan ada pula yang biasa saja.
Beda orang beda kepala tentunya. Ada yang senang kehidupannya ter-blow up, terbuka ketika ditanya tentang rencana kehidupan yang sedang dijalaninya. Ada yang sensitive kalau ditanya masalah privasinya dan memilih diam bahkan menjauh. Ada juga yang ga punya rasa alias lempeng2, prinsipnya: asik aja selama ga ganggu gue.
Praktis kemudian si Aku membandingkan, kalau begitu apa bedanya dia dengan selebritis ya?? Mungkin dia hanya kalah dalam jumlah relasi saja barangkali. Atau berakting hanya di depan orang2 sekitar bukan di depan kamera. Waduwh…kok malah nyambung ke selebritis seeh?? Ya jelas bedalah…Haha…si Aku mah aya2 wae…mauu ajah disama2in sama si seleb.
Tapi kemudian si Aku jadi bersyukur juga dengan pertanyaan2 macam itu, bersyukur masih ada yang melontarkan pertanyaan itu padanya. Serasa diperhatikan oleh orang2 yang berputar di dunianya. Dan itu cukup menjelaskan bahwa di mata mereka si Aku ada, eksis. Meskipun niat awal mereka mungkin ya…hanya basa-basi, daripada ga ada obrolan sama sekali, si Aku tetap menganggapnya sebagai suatu bentuk peduli.
Meskipun terkadang mereka bertanya di kondisi yang tidak tepat, si Aku yakin mereka tak bermaksud menyudutkan. Meskipun sempat bosan dengan pertanyaan2 yang itu2 saja, sementara si Aku belum bisa memberikan jawaban yang berbeda pada mereka, si Aku sangat berterimakasih sebab dari sana dia diingatkan betapa dirinya belum beranjak dari posisi itu dan harus segera memulai sebuah pergerakan baru sehingga bisa menjawab setiap pertanyaan tanpa ragu.
Dan belakangan si Aku merasa harus benar2 mengatakan: I thank you, guys…
# Bag 4 -2008 #
Teman:
(entah sadar atau tidak orang ini bertanya…)
Udah punya anak berapa??
Si Aku:
(seuri [ketawa –red] terbahak2 dalam hati…ngalindur meurenan ieu budak teh nya?? [ngigau kali ya nih anak –red])
Nikah aja belum, masa punya anak??
No comments:
Post a Comment