Hari ini…
Ya…hari ini…aku masih bisa menyunggingkan senyum pada mentari yang bersinar tanpa bosan. Masih sanggup mencuci beberapa potong pakaian. Masih kuat untuk membersihkan kamarku yang berantakan. Masih ikhlas menyapa orang-orang yang kutemui di jalanan. Masih bisa menyaksikan teman2 kuliahku cekikikan. Masih bisa bermimpi tentang masa depan yang ingin kuwujudkan. Dan masih2 yang lainnya. Aku bersyukur untuk semua itu Tuhan…
Hmmffh…Aku berjalan menuju kampus, sendiri. Saat itu masih sepi. Pukul 6 pagi waktu Surabaya. Tapi…rasanya matahari sudah cukup tinggi. Iseng kuamati orang2 yang berlalu lalang di sisi kanan dan kiriku ini. Tapi…aku malah sibuk dengan diriku sendiri. Soalnya ada 2 sesuatu yang sedang berdiskusi. Meski aku tak cukup mengerti tentang apa yang di bahas disini, tapi…sepertinya ini sebuah kontemplasi. Hmm…begini katanya…
(sesuatu kesatu)
Aku harus meneruskan langkah meski terkadang hidup hadir dalam wajah yang tidak ramah. Apa bisa itu jadi alasan untuk menyerah dan mengaku kalah?? Mungkin, tak apa kurasa kalau sesekali berhenti, menatapi jejak yang sebelumnya kulalui, atau sekadar memenuhi perbekalan yang hampir kandas sama sekali, atau untuk menarik napas panjang untuk bertahan di perjalanan selanjutnya barangkali. Yang jelas harus tetap maju, bergerak!! Tak ada alasan kembali apalagi berhenti bahkan sampai menyesali. Sebab ini jalan yang kuyakini menuju suksesku sendiri.
(kemudian sesuatu yang lain datang tanpa diundang)
Yakin itu bukan jalan yang keliru?? Yakin kalau ini jalan yang dituju?? Yakin kalau kamu tidak melihat petunjuk bahwa kamu harus berhenti dan kembali pada jalan utama sebelum kemudian memutuskan berbelok ke arah yang ini?? Yakin ka…
(sesuatu kesatu kembali bicara)
STOP!! Berhenti menyuarakan hal2 yang meragu macam itu. Sungguh tidak membantu, geramku. Meski diam2 aku membenarkannya juga. Sedikit membenarkannya, kuralat. Banyak2 menyimpan pikiran itu menjelmakanku seperti manusia yang tak bersyukur. Terkadang aku tak paham dengan tampilan2 fakta yang ada, tapi itu bukan jadi alasan untuk tak bisa mengartikan makna di baliknya, bukan??
Yeah…kuakui, memang tidak mudah mencari jembatan penghubung antara ego dan logika. Terkadang keduanya tak sampai pada kata sepakat dalam memandang dan memaknai sesuatu. Dan itu sempat menyulitkan si Aku sebagai pelaku utama menjalankan keduanya. Tapi semua bisa dipelajari. Dan yang sedang kulakukan sekarang adalah: belajar.
Belajar mengendalikan ego yang meletup2. Belajar untuk tidak menyerah dan bangkit lagi ketika hidup menggempur jatuh. Belajar untuk tidak pesimis meski juga belum yakin untuk optimis. Belajar memulai lagi dari awal jika merasa gagal tapi masih ingin memperjuangkannya. Belajar untuk mengorientasikan segala jenis ikhtiar pada mencari keridloan Tuhan. Belajar memahami bahwa ada wilayah2 tertentu yang tak bisa dijangkau dengan logika manusia. Belajar memasrahkan akhir episode setiap fase hidup hanya pada Alloh dengan sebenar2 ikhlas setelah sebelumnya ikhtiar dan doa yang giat. Belajar…belajar…dan belajar…
***
Kampus masih sepi ketika dua sesuatu itu berhenti ‘berdiskusi’. Kemudian aku membuka kembali sebuah pesan singkat dari seorang teman yang sedang berada jauh darisini.
Rina..
Wajar kok ngrasa pesimis,
tp itu kn bwt ‘sesuatuny’
bkn psimis krn ga akn dpt brqhny kn?..
krn apapun hasilny insya Alloh
itu yg brqh bwt Rn..
dn ga smw yg kita mw itu
brqh..
Tapi..klo emg itu brqh bwt Rn..
meskipun scr logika ga mgkn..
rn insya Alloh akn dptkan itu...
skrg..doa, wait and see aj..=)
Message details:
From Mr. R <+3546185***>
Subject …
Date 19/02/2009
Time 7:58 am
Type Text message
p.s. untuk pesimis yang selalu tersenyum sinis: siapa bilang aku mau mengakhiri ceritaku dengan tragis?? Ga la yaw…Malah aku akan membuatnya manis…I promise…
Ya…hari ini…aku masih bisa menyunggingkan senyum pada mentari yang bersinar tanpa bosan. Masih sanggup mencuci beberapa potong pakaian. Masih kuat untuk membersihkan kamarku yang berantakan. Masih ikhlas menyapa orang-orang yang kutemui di jalanan. Masih bisa menyaksikan teman2 kuliahku cekikikan. Masih bisa bermimpi tentang masa depan yang ingin kuwujudkan. Dan masih2 yang lainnya. Aku bersyukur untuk semua itu Tuhan…
Hmmffh…Aku berjalan menuju kampus, sendiri. Saat itu masih sepi. Pukul 6 pagi waktu Surabaya. Tapi…rasanya matahari sudah cukup tinggi. Iseng kuamati orang2 yang berlalu lalang di sisi kanan dan kiriku ini. Tapi…aku malah sibuk dengan diriku sendiri. Soalnya ada 2 sesuatu yang sedang berdiskusi. Meski aku tak cukup mengerti tentang apa yang di bahas disini, tapi…sepertinya ini sebuah kontemplasi. Hmm…begini katanya…
(sesuatu kesatu)
Aku harus meneruskan langkah meski terkadang hidup hadir dalam wajah yang tidak ramah. Apa bisa itu jadi alasan untuk menyerah dan mengaku kalah?? Mungkin, tak apa kurasa kalau sesekali berhenti, menatapi jejak yang sebelumnya kulalui, atau sekadar memenuhi perbekalan yang hampir kandas sama sekali, atau untuk menarik napas panjang untuk bertahan di perjalanan selanjutnya barangkali. Yang jelas harus tetap maju, bergerak!! Tak ada alasan kembali apalagi berhenti bahkan sampai menyesali. Sebab ini jalan yang kuyakini menuju suksesku sendiri.
(kemudian sesuatu yang lain datang tanpa diundang)
Yakin itu bukan jalan yang keliru?? Yakin kalau ini jalan yang dituju?? Yakin kalau kamu tidak melihat petunjuk bahwa kamu harus berhenti dan kembali pada jalan utama sebelum kemudian memutuskan berbelok ke arah yang ini?? Yakin ka…
(sesuatu kesatu kembali bicara)
STOP!! Berhenti menyuarakan hal2 yang meragu macam itu. Sungguh tidak membantu, geramku. Meski diam2 aku membenarkannya juga. Sedikit membenarkannya, kuralat. Banyak2 menyimpan pikiran itu menjelmakanku seperti manusia yang tak bersyukur. Terkadang aku tak paham dengan tampilan2 fakta yang ada, tapi itu bukan jadi alasan untuk tak bisa mengartikan makna di baliknya, bukan??
Yeah…kuakui, memang tidak mudah mencari jembatan penghubung antara ego dan logika. Terkadang keduanya tak sampai pada kata sepakat dalam memandang dan memaknai sesuatu. Dan itu sempat menyulitkan si Aku sebagai pelaku utama menjalankan keduanya. Tapi semua bisa dipelajari. Dan yang sedang kulakukan sekarang adalah: belajar.
Belajar mengendalikan ego yang meletup2. Belajar untuk tidak menyerah dan bangkit lagi ketika hidup menggempur jatuh. Belajar untuk tidak pesimis meski juga belum yakin untuk optimis. Belajar memulai lagi dari awal jika merasa gagal tapi masih ingin memperjuangkannya. Belajar untuk mengorientasikan segala jenis ikhtiar pada mencari keridloan Tuhan. Belajar memahami bahwa ada wilayah2 tertentu yang tak bisa dijangkau dengan logika manusia. Belajar memasrahkan akhir episode setiap fase hidup hanya pada Alloh dengan sebenar2 ikhlas setelah sebelumnya ikhtiar dan doa yang giat. Belajar…belajar…dan belajar…
***
Kampus masih sepi ketika dua sesuatu itu berhenti ‘berdiskusi’. Kemudian aku membuka kembali sebuah pesan singkat dari seorang teman yang sedang berada jauh darisini.
Rina..
Wajar kok ngrasa pesimis,
tp itu kn bwt ‘sesuatuny’
bkn psimis krn ga akn dpt brqhny kn?..
krn apapun hasilny insya Alloh
itu yg brqh bwt Rn..
dn ga smw yg kita mw itu
brqh..
Tapi..klo emg itu brqh bwt Rn..
meskipun scr logika ga mgkn..
rn insya Alloh akn dptkan itu...
skrg..doa, wait and see aj..=)
Message details:
From Mr. R <+3546185***>
Subject …
Date 19/02/2009
Time 7:58 am
Type Text message
p.s. untuk pesimis yang selalu tersenyum sinis: siapa bilang aku mau mengakhiri ceritaku dengan tragis?? Ga la yaw…Malah aku akan membuatnya manis…I promise…
No comments:
Post a Comment