Menjadi guru itu…ternyata ga mudah ya??
Itu gumaman saya ketika mendengar penjelasan seorang dosen tentang bagaimana sebuah konsep diajarkan pada murid. Kemudian saya asik dengan pikiran saya sendiri mengenai tema ‘GURU’ ini. Jadi guru memang ga mudah, tapi bukan berarti ga bisa dijelajah.
Jadi guru itu harus tahan menghadapi dilema. Nilai murid yg di bawah KKM meski sudah berkali2 remedial tetaaapp aja masih rendah, kalo ga dinaikkin kasian, kalo dinaikkin nanti terseret2 belajarnya. Belum saat UAN tiba, di satu sisi ingin membuat muridnya mandiri dan bersikap jujur dgn menjawab sendiri, tapi di sisi lain kalo ga dibantu kemungkinan nilainya di bawah rata2 bahkan bisa ga lulus. Belum lagi ketika menyampaikan konsep yang keliru di kelas, itu bisa berakibat fatal buat kelangsungan pembelajaran mereka di jenjang berikutnya. Atau ketika murid2 ga ngerti2 materi yg disampaikan. Pasti guru bertanya2, masalahnya dimana, pada dirinyakah yg tidak bisa menyampaikan dng baik, atau pada siswanyakah yg kemampuannya mungkin berbeda, atau apa??
Ga salah kemudian banyak edukator2 yg terus mencari inovasi2 pembelajaran baru, pendekatan, strategi, metode, model, dan lain2, apapun namanya itu tujuannya ga bukan dan ga lain adalah untuk membuat belajar bermakna buat murid2 sehingga memudahkan mereka untuk paham tidak hanya secara sistematik penyelesaian tapi lebih pada nalar yg berjalan.
Namun, ketika dihadapkan pada tuntutan kurikulum, hari efektif belajar yg banyak kepotong libur, kemampuan anak2 yg kadang harus dipaksa berlari, tiba2 semua yg disebutkan di atas tadi menjadi tampak samar, kalo kata sebagian guru2 senior ‘bullshit’. Otomatis keadaan macam itu ga bisa bikin hidup guru jadi tenang, bahkan kadang nafas2nya juga tersengal2 sebab berlomba dgn waktu yg minim sementara materi dan tujuan pembelajaran harus tuntas…tas…tas…
Lalu yg selalu harus bisa dilakukan guru sebagai tindakan nyata di kelas adalah membuat suasana belajar yg nyaman, sebisa mungkin anak2 fun belajar sama kita, terlepas metode apa yg kita gunakan, bahkan keseringannya metode campur sari. Satu hal yg perlu disadari adalah bahwa kita menghadapi benda hidup di kelas, jadi ya perlakukan mereka layaknya benda hidup, perlu hati dan tidak melulu soal logika.
Sabar, kemudian tidak mudah menyerah memotivasi murid2, saya pikir menjadi sikap mutlak yg harus dimiliki seorang guru, even yg kita hadapi the naughtiest children, we have to be ready. Sebab ilmu itu ga akan bisa dicerna siswa dari hati yg tidak ramah.
So…I say to u guys that being a teacher is a gift, yang keberadaannya patut dan harus sangat disyukuri. Even for some people out there, being a teacher is not a best work in the world. Tapi yang perlu kita sadari adalah bahwa kebanggaan itu terkadang ga bisa diraih dari sehebat apa pekerjaan kita, tapi lebih pada sehebat apa kita bisa mengerjakannya. Jadi penekanannya bukan pada jenis pekerjaannya tapi pada usaha untuk berbuat yang terbaik dalam menjalaninya.
So guys, ga usah ngerasa minder kalo kita cuma bisa jadi guru. Jadi guru itu bukan CUMA lagi. Jadi guru itu anugerah, pekerjaan yang paaaling hebbat, sebab ada pahala dan ancaman yang hebat pula ketika kita memutuskan jadi seorang guru. Gimana ga hebat coba, ketika kita bisa bikin anak orang jadi ngerti dan paham sama materi yang sama2 kita -guru dan murid- bangun di kelas?? Lalu mereka bisa mengaplikasikannya di dunia nyata-nya mereka. Lebih jauhnya kita bisa jadi salah satu pihak yg menyampaikan murid2 kita ke kesuksesannya. Kereeennn kaaannn??
Belakangan saya jadi sangat bersyukur ditunjukkan jalan ke jalur ini. Karena jadi guru itu mengotomatiskan saya jadi seorang pembelajar seumur hidup saya. Long life education. Ga hanya belajar tentang pengetahuan yang terus berkembang dan harus bisa saya sampaikan pada murid2 saya, tetapi juga belajar tentang ilmu lain: bagaimana kedewasaan dibentuk, bagaimana kesabaran dibangun, bagaimana kerendah hatian ditanamkan, bagaimana menyinergikan logika dan perasaan, aahhh…banyaaakk deh…yg semuanya itu tanpa saya sadari berdampak sangat positif buat kehidupan pribadi saya.
Jadi guru juga bisa dijadikan ajang ketawadluan dan membuka diri pada kemampuan orang lain, dalam hal ini murid2 saya. Saya harus bisa menerima, bahkan senang, ketika saya bisa belajar banyak juga dari mereka. Sebab boleh jadi ide2 baru muncul dari pikiran mereka. Akhirnya yang belajar ga hanya muridnya tapi saya juga sebagai gurunya. It’s really fun when I knew that I can learn a lot from them. I’m so grateful then.
Jangan sedih juga kalo balasan di dunia (baca: gaji –red) atas pekerjaan menjadi seorang guru masih minim. Sebab kita punya balasan yang lebbbiiihh besaarr yang sudah Tuhan simpan buat kita di tabungan amal. Insya Alloh nilainya berkali2 lipat ketimbang balasan di dunia. Yeah…eventhough kita ga bisa mengingkari kalo hidup kita di dunia butuh materi, tapi we have to realize juga bahwa materi bisa jadi tanpa arti kalo kita ga bijak menggunakannya.
So ibu2…bapak2…tetap semangat yaa mencerdaskan anak bangsa, memajukan pemilik masa depan Indonesia…semangaaattt!!
***
p.s. catatan si Sayah di sela2 matkul psychology of math education…jadi rindu bikin kegaduhan di kelas euy!!