Dermaga…
Melaju pada pelabuhanmu sama saja dengan menabrakkan kapal yg kunahkodai ke gunung es yg menjulang kokoh di hadapanku tanpa daya, tanpa usaha, tanpa merasa perlu berupaya. Kemudian lantak berkeping tak menyisa.
Dan tak kusadari betapa bukan itu yg kuperlu. Aku tak butuh kehancuran untuk menjadi sadar bahwa bukan padamu aku menuju.
Benar, bahwa aku hanya punya bahasa untuk mengurai arti ‘dirimu’ dalam sebuah frasa. Tapi sayangnya bahasamu tanpa aksara, tanpa bisa dimakna dalam sekali baca. Sementara yg baru bisa kucerna hanya mengeja. Lalu bagaimanakah yg disimpan kata akan sampai pada maknanya??
Pun ketika tanya meruah menjadi retorika, tetap tak mampu mengubahmu dalam sekata. 1 kata yg hanya ingin aku bahasakan, padamu saja, dengan sangat sederhana: cinta.
***
Untuk ‘dirimu’ yg tak lagi mampu kutuju…melainkan atas ijin Tuhanmu…
Melaju pada pelabuhanmu sama saja dengan menabrakkan kapal yg kunahkodai ke gunung es yg menjulang kokoh di hadapanku tanpa daya, tanpa usaha, tanpa merasa perlu berupaya. Kemudian lantak berkeping tak menyisa.
Dan tak kusadari betapa bukan itu yg kuperlu. Aku tak butuh kehancuran untuk menjadi sadar bahwa bukan padamu aku menuju.
Benar, bahwa aku hanya punya bahasa untuk mengurai arti ‘dirimu’ dalam sebuah frasa. Tapi sayangnya bahasamu tanpa aksara, tanpa bisa dimakna dalam sekali baca. Sementara yg baru bisa kucerna hanya mengeja. Lalu bagaimanakah yg disimpan kata akan sampai pada maknanya??
Pun ketika tanya meruah menjadi retorika, tetap tak mampu mengubahmu dalam sekata. 1 kata yg hanya ingin aku bahasakan, padamu saja, dengan sangat sederhana: cinta.
***
Untuk ‘dirimu’ yg tak lagi mampu kutuju…melainkan atas ijin Tuhanmu…
No comments:
Post a Comment