Orang yang berpendidikan selalu bisa menyelesaikan masalahnya –Hj. Maqbul, Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Yang penting punya penghasilan, pendidikan itu penting kalau ada koneksi –Hj. Sarbini, Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Dua pernyataan yang saya ingat ketika menyaksikan film nasional bertajuk Alangkah Lucunya (Negeri Ini) besutan sutradara kawakan Deddy Mizwar. Sesaat saya tertawa, sembari berpikir, tentunya kedua haji tersebut tidak serta merta mengeluarkan kalimat sakti mereka tentang pandangannya terhadap pendidikan. Sangat diakui bahwa permasalahan pendidikan cukup krusial dan memiliki porsi yang seharusnya lebih besar untuk diselesaikan. Kita tidak bisa tidak acuh dengan kenyataan banyaknya pendapat bahwa antara yang tidak berpendidikan dan yang berpendidikan itu sama saja: sama-sama sulit mencari kerja.
Seperti argumen salah seorang anak jalanan pada sebuah forum diskusi:
“Untuk apa sekolah? Paling hanya untuk mendapatkan selembar kertas (ijasah –red). Untuk apa ijasah? Untuk bisa dapat kerja? Ga ada jaminan kalo sekolah bisa kerja. Lulusan-lulusan terkenal aja bisa nganggur, belum lagi ijasah yang bisa dibeli. Mendingan juga langsung kerja, umur ga sia-sia, terus dapat duit juga.”1
Tapi kemudian, pertanyaan saya dalam benak, apakah pendidikan hanya sebatas untuk mencari kerja?
PENDIDIKAN DAN FAKTA YANG MENGELILINGI
Tidak bisa menutup mata jika pendidikan di Indonesia masih belum semaju pendidikan di negara-negara lain, bahkan di negara-negara serumpun. Laporan Monitoring Global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO tahun 2005, posisi Indonesia berada pada nomor 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik, posisi pertama diraih oleh Thailand. Sementara menurut hasil survei World Competitiveness Year Book tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menduduki posisi 53.2 Dan info terakhir mengenai kualitas pendidikan Indonesia seperti yang dituturkan Jusuf Kalla, Indonesia berada di urutan 160 dunia dan urutan 16 di Asia.3 Namun kenyataan tersebut bukan menjadi alasan bagi kita untuk menghujat pendidikan di negara ini sekarat. Melainkan sebagai lonceng keras bahkan cambukan kuat untuk kita memicu diri ikut membantu membangunkan pendidikan negara kita yang masih tertidur lelap.
Lalu permasalahannya dimana? Mungkin pertanyaan itu mampir di benak siapa saja yang melihat kondisi pendidikan di negara kita. Dan saya jadi teringat jawaban seorang dosen salah satu universitas di Surabaya ketika ditanya soal tersebut.
Jika Anda bertanya tentang letak masalah pendidikan Indonesia, maka sama halnya Anda bertanya dimanakah letak sudut sebuah bola –Prof. Sunarto, UNESA
PENDIDIKAN DAN DEDIKASI
Katakanlah Indonesia masih tertinggal dalam hal mutu pendidikan. Katakanlah kualitas sarana fisik masih rendah sehingga sulit mengoptimalkan kemampuan siswa. katakanlah keadaan guru yang belum berada pada level rata-rata profesionalisme menjalankan tugas. Katakanlah kesejahteraan guru pun masih belum ideal. Katakanlah pencapaian prestasi anak-anak Indonesia di mata internasional masih berada pada tingkat yang mengkhawatirkan (tingkat penguasaan materi bacaan soal-soal Fisika dan Matematika hanya 30% ). Katakanlah kesempatan pendidikan yang belum merata sebab biaya pendidikan yang mencekik leher dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan berfinansial lebih.4 Katakanlah masih adanya budaya katrol mengatrol nilai bahkan membentuk tim sukses ketika ujian nasional.5 Katakanlah Indonesia memiliki kebiasaan berganti kurikulum seiring dengan bergantinya menteri.6
Lalu salah siapa terjadi demikian?
Tak penting rasanya mencari siapa yang patut dipersalahkan, sebab bagai meluruskan benang yang kusut, sementara kekurangmajuan pendidikan kita masih terus melarut dalam senyawa kehidupan, tidak hanya di tingkat Asia melainkan di seluruh dunia.
Hal bijak yang bisa dilakukan saat ini adalah berkaca pada diri sendiri lalu melihat posisi kita, entah sebagai pendidik, pengambil keputusan lembaga pendidikan, pengamat pendidikan, orangtua, masyarakat umum biasa, bahkan sebagai diri siswa itu sendiri, tetap harus memiliki andil dalam kemajuan dunia pendidikan Indonesia, sekecil apapun itu. Sebab kita ada untuk membuat pendidikan jadi tak lebih rumit, syukur-syukur menjadi salah satu pandu yang mengangkatnya ke permukaan dunia. Sebab kita hadir tidak semata-mata menjadi penggembira melainkan pioneer yang menggerakkan pendidikan negara dari keterdiamannya. Sudah saatnya anak-anak bangsa menjadi sorotan semesta, bukan lagi penonton yang hanya bertepuk tangan dan tertawa di pinggir arena.
PENDIDIKAN DAN INOVASI
Mengutip pernyataan di sebuah ulasan tentang pendidikan terbaik di dunia, Finlandia, yaitu Education is a factor for competitiveness.7 Saya yakin semua bangsa sependapat dengan hal tersebut, termasuk Indonesia. Kita tak perlu merasa bersusah hati sebab belum mampu mengungguli banyak negara soal pendidikan. Yang perlu dilakukan adalah tetap berusaha membuat masyarakat sekitar pada umumnya dan generasi-generasi bangsa khususnya, percaya bahwa pendidikan merupakan alat untuk memajukan diri dan negeri ini. Terbukti sudah banyak inovasi yang dilancarkan demi menaikkan kualitas pendidikan kita. Pemerintah dan semua elemen masyarakat sedikit banyak telah menawarkan solusi dalam upaya pengentasan problema pelik ini.
Mulai dari sertifikasi guru8 yang diniati untuk meningkatkan kesejahteraan pendidik yang kemudian diharapkan berdampak pada kinerja di lapangan: menjadi lebih berenergi dan bersemangat membantu siswa menggali ilmu yang ada dan mengembangkan potensi diri siswa. Dana BOS yang tahun ini mengalami kenaikan sebagai upaya memenuhi anggaran pendidikan 20 persen dalam APBN9 sehingga bisa sedikit-sedikit membantu ketidakmampuan siswa soal pembiayaan sekolah.
Lalu penelitian-penelitian tentang metode/strategi/pendekatan/model pembelajaran dari para sarjana, master, dan doktor bahkan profesor di bidang pendidikan yang tujuannya agar pembelajaran yang dilakukan siswa lebih efektif, efisien, tepat sasaran dan sesuai instruksi pengajaran. Dan yang cukup menarik akhir-akhir ini yaitu paradigma baru pendidikan yang mulai beralih dari teacher center menjadi student center, dimana siswa tidak hanya diberi keleluasaan untuk mengontruksi dan menemukan pengetahuannya sendiri dengan guru sebagai fasilitator, melainkan siswa juga dibantu oleh para pendidik mengoptimalkan seluruh kemampuannya, baik gaya belajar, kecenderungan kecerdasan ganda, tingkat perkembangan kognitif sampai kepribadian (termasuk IQ, EQ, SQ).
PENDIDIKAN DAN HATI
Tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pasti atau ilmu sosial, melainkan untuk mendidik siswanya sehingga memiliki tanggungjawab dan mengarahkan mereka menjadi manusia yang berbudi luhur. Inilah dua tugas guru yang tidak mudah. Sebab mereka para guru harus mampu membentuk karakter dan mencerdaskan anak didiknya. Jadi profesi guru itu bukan hanya sekedar pelampiasan atau jalan alternative mencari nafkah. Ada tugas besar disana. Dimana hanya orang-orang yang punya komitmen tegar yang mampu bersabar di jalan itu.
Sepertinya kita perlu belajar pada guru-guru Finlandia.
Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.10
Dan kini wajah pendidikan kita sudah mulai ‘ramah’. Maraknya kasus yang melibatkan emosi bahkan menghadirkan polisi dalam ranah pendidikan ternyata cukup membuat sebagian pendidik berpikir bahwa dunia telah berubah, karakteristik anak-anak yang lahir pun telah jauh berbeda. Perlu ada penyesuaian dalam pengajaran. Dan ‘mendidik dengan hati’ diyakini menjadi salah satu teknik penting yang harus diikutkan dalam interaksi guru-siswa. Sudah saatnya iklim pendidikan kita menyemaikan situasi yang dapat menyuburkan spirit mendidik dengan hati. Belakangan buku-buku bertema ini mulai bermunculan di pasaran, sebut saja salah satunya karya yang dilahirkan oleh seorang Doni Ronnie M berjudul Seni Mengajar Dengan Hati.11
PENDIDIKAN DAN TUJUAN TERTINGGI
Jika ditanya apa pendidikan sebenarnya, maka jawabannya bisa berupa-rupa. Namun idealnya tetap mengacu pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.12
Wah, ideal sekali ya. Tapi bagi saya pribadi pendidikan bukan hanya sekedar untuk mencari kerja semata. Ada tugas yang lebih bermakna dari itu. Pendidikan merupakan alat untuk menciptakan, memajukan sekaligus menjaga peradaban manusia. Dan generasi bangsa ini perlu mengecap pendidikan sebab di tangan mereka keberlangsungan dan eksistensi negeri Indonesia Raya Tercinta ini dipertaruhkan. Di pundak2 mereka tanggungjawab, amanah, tugas perkembangan dan kesejahteraan tanah kaya ini digenggam.
Lalu akan dibawakah kemanakah pendidikan Indonesia ini? Yang lebih baik pastilah. Dan menuju kesana dibutuhkan cara-cara baik pula. Tak cukup hanya niat, meski dengan kekuatan terbatas, harus tetap melakukan perubahan. Perlu tekad yang tidak hanya bulat, tapi juga kuat dan terintegritas satu sama lain. Yah, semoga dengan kontribusi kita, sesederhana apapun itu, bisa memberikan sedikit binar pada gemintang pendidikan anak bangsa.
***
SUMBER BACAAN:
1. (http://www.sonermax.com/showthread.php?t=74)
2. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesia-ranking-109-malaysia-61/)
3. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/kualitas-pendidikan-indonesia-urutan-ke-160-dunia/)
4. (http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-sekarang/#more-3)
5. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesia-ranking-109-malaysia-61/)
7. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/25/education-system-of-finlandia/)
8. (http://edukasi.kompas.com/read/2009/09/28/20192588/Dinas.Pendidikan.Perlu.Fokus.pada.Penataan.Guru)
10. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/negara-dengan-kualitas-pendidikan-terbaik-di-dunia/)
11. (http://www.danironniem.com/2009/06/buku-seni-mengajar-dengan-isi.html).
12. (http://duniapendidikan.wordpress.com/2008/01/28/kepribadian-pendidikan-indonesia/#more-15)
16 comments:
Semoga keponakanku ini bisa menjadi pendidik yang bisa menjadikan anak bangsa ini menjadikan lebih maju dari sebelumnya...
Pernyatan Prof Sunarto tersebut membuat kita berpikir, sekaligus malu dengan apa yang terjadi dengan pendidikan di negeri yang kita cintai ini. Tapi yang menjadi persoalannya sekarang bukan "rasa malunya" tetapi maukah kita merubah bola menjadi segitiga, kubus, atau persegi panjang? Dan untuk perubahan itu butuh banyak tangan, energi, dan pikiran yang sinergi, satu tekad dan satu tujuan.
@ omDen^ aamiin om...doakan smg teguh pendirian di jalur ini om, menjadi salah satu pihak yg membantu memajukan pendidikan anak bangsa :) makasiih udah mampir hehe
@ mbaOeL^ wah mba, daku sepakat bgt tuh sm pendapatmu, merubah pola dan perubahan butuh banyak tangan bla bla...uugh prof narto emang the best deh, yaa meskipun awal2 kuliah daku suka ngantukan kalo beliau ngajar hehe, tp skrg malah semangat...demi anak bangsa mba :D
thx mba OeL
stadzaaaahhh...miaw gy begadang neeh ma ulan, liat wall stadzah, kata'n gy kutan lomba nulis ea?
isi'n berat bet stadzah, py miaw se7 sm stadzah, klo sekolah bqn qt jd maju, bs nyipatin ini itu wat peradaban manusia ^_^ heu3
smanjaaatt teroes ea stadzah...(gantian ma ulan xixixi)
judulnya: blogwalking, he3x
hmm...idem teh sm comment di site indonesia berprestasi (harusnya td aku copy truz paste-in kesini yah), intinya aku mau jd bagian dr kesuksesan murid2 aku teh, yah meskipun dgn susah payah, banting tulang, peras keringat (wah aku mulai lebay), tetep gak boleh nyerah...
ajzkhr teh buat semangat yg ditularkan lewat catatan inih (he3x pirus kale ditularkan)
@ Mia^ wah ngapain tuh pake acara2 begadang kasegala?? belajar ya?? ih hebbat euy...btw neng ini tulisan cukup dibaca aja, ga usah pake diangkat2, haha...bener banget tuh mi, makanya mia sekolah yg serius ya, biar bs selamatkan peradaban manusia :) eh ulan komennya ga masuk...
@ Ana^ eh say udah komen ya di IB, wah blm diliat tuh, haha dasar dikow mah hemat energi ya jd copas aja :)) wah neng, didukung sm daku buat niatnya, tp smg ga hanya berakhir dlm sebuah niat ya heuheu...ajzkhr jg udah mampir say...
permasalahan pendidikan memang sangat banyak dan rumit jika harus diurai satu-satu di negara ini, neng. tapi bukan berarti kita lalu membiarkannya begitu saja. untuk itu perlu kontribusi dan komitmen dari generasi-generasi muda seperti neng rina dan yang lainnya dalam membangun bangsa ini. ya sedikit-sedikit namun berkesinambungan. semoga pendidikan indonesia bisa lebih maju di tangan generasi neng rina. tetap semangat ya.
@ bu Wiwit^ aduuuh ibu, rina jd terharu deh ibu mampir kesini :D
iya bu, rina sependapat sm ibu, ga akan beres2 kalo qt hanya memokuskan diri di persekitaran masalah, padahal dgn berbuat sesuatu (ya walopun masih dikit2) mgkn bs kasih kemajuan buat dunia pendidikan...insya Alloh bu, doakan selalu rina bs teguh pendirian di jalan ini :) makasih bu wit...
setelah dibisiki teh ana: fa, kunjungi blog teh rina...
setelah fa baca, hmm...sempat yg mengangguk2 kepala, lalu menggeleng, kmdn mengangguk2 lagi *apacoba?* itu tandanya fa lg mencoba memahami tulisan ini teh hehe...yaah meski pd akhirnya fa malah bingung :D cuma fa setuju banget kalo qt sbg generasi penerus NKRI butuh pendidikan, terlepas formal ato informal, yg penting wawasan qt jd lebih berkembang. mungkin ga sih suatu negara bs maju tanpa pendidikan?? let's think :D
yah fa2, dateng pas udah dibisikin, ga kreatip ah hehe, eniwei nuhun yah, ajzkhr :D
haha, makasih usahanya buat memahami artikel ini fa, yg malah bikin fa2 ngibung :)) daku se7 jg sm apa yg fa2 bilang, emang pendidikan utk menggali wawasan sangat sangat penting banget sekali (smg ga berlebihan), sbb itu modal awal utk bawa indonesia ke mata dunia...so this is notice for us as the next generation of RI, dan rajin kuliah salah1 jalan buat nambah ilmu (hehe nyindir dikit ke fafa2 yg katanya suka males kuliah)
sy setuju mbak, bahwa seharusnya qt tidak saling menyalahkan satu sama lain tentang knp bangsa ini masih belum berpindah posisinya dr negara berkembang menjadi negara maju. yg terpenting dan paling bijak, menurut opini sederhana sy adalah tetap optimalkan diri di posisi qt masing2, kalo guru ya jadilah guru yg baik, melakukan tugas dan tanggungjawabnya.
tulisan yg bagus untuk direnungkan, makasih mbak
ho oh maz R^fan...hayuuk sama2 mengoptimalkan diri di posisi masing2...makasih pa guru :D
miiiiss...ini tulisannya kueren banget :) sukkaaa, yah walo agak beurat yah hehe, it's a such of good hand writing (bener gag tuh bahasa xixixi), as always miss :)
hehe step step, makasih ya buat penilaiannya, yg penting bisa manfaat buat semua say :D
inspiring rina...keep on writing sista!!
nuneee...makasih yah udah mampir, puisi2 nune juga rina suka, keep on writing for u too sis :D
Post a Comment