Tak banyak yg ingin aku ucap padamu. Sebab disana ada beribu malu yg mengganggu dan tak bisa kuusir satu persatu. Belum lagi ragu yg kian membelenggu yg hampir tak berhasil kurayu untuk cepat berlalu. Aku sadar bibirku kelu, kata ini tercekat di paru2. Tapi kemudian aku tersentak seumpama dihantam palu, menyadarkan bahwa waktuku tinggal seujung kuku.
Tolong jangan tertawa dulu, sebab aku tidak sedang melucu. Meski aku tahu kumbang dan kupu2 tengah membuat wajahku merah bersemu, tapi kemudian angin menerpanya dan itu sangat membantu. Oh hei…aku harus cepat menunjukkannya padamu, sebelum habis sisa waktu, sebelum aku berubah jadi labu macam di cerita Cinderela itu.
Tak ada sanggahan bahwa aku belum mampu menghimpun apapun untuk semestamu. Nihil pujian pula sebab nyatanya jalanku pun masih abu2. Aku bukan pangeran berkuda putih dan berjubah biru. Aku juga tak bermaksud membuatmu terharu kemudian menangis tersedu. Sebab aku tahu baru 1 deklarasi yg bisa diterjemahkan oleh benakku, yg tetap hanya ingin aku ikrarkan pada seorang kamu: rindu.
***
Aahh...rasa itu membuatku kian tersudut dalam bias ungu dan temaram lampu...
Tolong jangan tertawa dulu, sebab aku tidak sedang melucu. Meski aku tahu kumbang dan kupu2 tengah membuat wajahku merah bersemu, tapi kemudian angin menerpanya dan itu sangat membantu. Oh hei…aku harus cepat menunjukkannya padamu, sebelum habis sisa waktu, sebelum aku berubah jadi labu macam di cerita Cinderela itu.
Tak ada sanggahan bahwa aku belum mampu menghimpun apapun untuk semestamu. Nihil pujian pula sebab nyatanya jalanku pun masih abu2. Aku bukan pangeran berkuda putih dan berjubah biru. Aku juga tak bermaksud membuatmu terharu kemudian menangis tersedu. Sebab aku tahu baru 1 deklarasi yg bisa diterjemahkan oleh benakku, yg tetap hanya ingin aku ikrarkan pada seorang kamu: rindu.
***
Aahh...rasa itu membuatku kian tersudut dalam bias ungu dan temaram lampu...
No comments:
Post a Comment