Mamah : neng janten meser printer kangge leptop teh??
(neng jadi beli printer buat leptopnya?)
Neng : muhun mah, janten, da ieu oge nuju milarian.
(iya mah, jadi, ini juga lagi nyari)
Mamah : sabarahaan kitu neng?? Bade nu kumaha??
(berapaan gitu neng? mau yg kaya gimana?)
Neng : ah nu mirah wae mah, nu sederhana.
(ah yg murah aja, yg sederhana)
Mamah: cekap teu neng artosna??
(cukup ngga uangnya?)
Neng : cekap mah, sapalih ngangge artos beasiswa da.
(cukup kok, sebagian pake uang beasiswa)
Mamah : nya entos atuh upami nuju milarian mah, tong hilap emam nya.
(ya udah kalo lagi mencari, jangan lupa makan ya)
Neng : muhun mah, insya Alloh.
(iya mah, insya Alloh)
***
Percakapan ibu-anak yg saya tangkap beberapa waktu silam. Sudah lama sih, dua tahun lalu mungkin, tapi seketika teringat, entah kenapa. Apa karena saya rindu ibu ya?? Aahh…ibu, kata apa yg bisa menggambarkan sosokmu, malaikatkah? Hmm…tidak, tidak pas (sambil menggeleng2 kepala). Kenapa? Iya, jika malaikat digambarkan seperti sosok yg berbinar, maka binar ibu melebihi binar yg bisa dipancarkan malaikat. Jika malaikat dipredikatkan sebagai makhluk yg menjaga, maka penjagaan ibu lebih menyemesta daripada penjagaan malaikat, sebab ibu punya kartu matinya: doa.
Tentarakah? Hmm…ini juga tak tepat (sembari mengerutkan dahi: berpikir). Jika tentara diidentikkan dengan kegagahan dan kegigihannya membela tanah air, maka kehebatan itu tak mampu melampaui kepunyaanmu ibu. Gagahmu dalam menawarkan lengan, membuat saya nyaman dalam dekapan, memastikan tak ada satu pun yg mengganggu ketenteraman. Gigihmu saat meyakinkan saya tentang mimpi2, mengejar pelangi hingga ke ujung bumi, menghampiri matahari bahkan ketika ia tak menyinari.
Dewi dari kahyangankah?? Haha…saya tertawa, bukan ini juga. Jika dewi2 itu punya kelembutan seperti sutera, maka yg kau miliki tak bisa jadi tandingannya ibu. Too far. Because your heart is so special. Filled with sensitive emotion, yg bisa selalu jadi tempat aduan dan merebahkan kepala di pangkuan. And wherever life will take me, I’ll always have your deep devotion.
Hmm…seperti apa lagi ya?? Aahh ibu, seberapa pun banyak sosok2 hebat yg berkelebihan, tetap ibu yg jadi jagoan. Keberadaanmu seperti udara bu. Syarat perlu dalam dunia saya yg mejikuhibiniu. Cintamu, airmatamu, perhatianmu, peluhmu, darahmu, doamu, sungguh tak mampu kuganti dengan apa tak tahu. Hanya bisa sampaikan pesan pada Tuhan pemilik rindu, siapkan satu tempat terindah di SurgaMU untuk ibu.
Can’t say anything other than Alhamdulillahi jazaakillahu khoiro ibu… for everything you have gave to me…
***
Klik (telepon ditutup dari seberang sana)
Teman Mamah : si neng bade meser naon bu??
(si neng mau beli apa bu?)
Mamah : printer leptop saurna mah.
(katanya printer leptop)
Teman Mamah : oh, nu kumaha printer leptop teh?? Sami teu sareng printer komputer??
(oh, yg kaya gimana printer leptop itu? Sama ngga dengan printer komputer?)
Mamah : hmm…beda penginten, da leptop oge beda sareng komputer, upami printer leptop mah panginten tiasa dicandak kamana wae.
(hmm…sepertinya beda, kan leptop juga beda sama komputer, kalo printer leptop mungkin bisa dibawa kemana aja)
Teman Mamah : naha tiasa kitu??
(kenapa bisa begitu?)
Mamah : pan leptop na oge tiasa dicandak kamamana.
(kan leptopnya juga bisa dibawa kemana2)
Teman Mamah : ohh…??*&^%$#@
***
Ibu, miss u so ^^
I’ll do my best…
(neng jadi beli printer buat leptopnya?)
Neng : muhun mah, janten, da ieu oge nuju milarian.
(iya mah, jadi, ini juga lagi nyari)
Mamah : sabarahaan kitu neng?? Bade nu kumaha??
(berapaan gitu neng? mau yg kaya gimana?)
Neng : ah nu mirah wae mah, nu sederhana.
(ah yg murah aja, yg sederhana)
Mamah: cekap teu neng artosna??
(cukup ngga uangnya?)
Neng : cekap mah, sapalih ngangge artos beasiswa da.
(cukup kok, sebagian pake uang beasiswa)
Mamah : nya entos atuh upami nuju milarian mah, tong hilap emam nya.
(ya udah kalo lagi mencari, jangan lupa makan ya)
Neng : muhun mah, insya Alloh.
(iya mah, insya Alloh)
***
Percakapan ibu-anak yg saya tangkap beberapa waktu silam. Sudah lama sih, dua tahun lalu mungkin, tapi seketika teringat, entah kenapa. Apa karena saya rindu ibu ya?? Aahh…ibu, kata apa yg bisa menggambarkan sosokmu, malaikatkah? Hmm…tidak, tidak pas (sambil menggeleng2 kepala). Kenapa? Iya, jika malaikat digambarkan seperti sosok yg berbinar, maka binar ibu melebihi binar yg bisa dipancarkan malaikat. Jika malaikat dipredikatkan sebagai makhluk yg menjaga, maka penjagaan ibu lebih menyemesta daripada penjagaan malaikat, sebab ibu punya kartu matinya: doa.
Tentarakah? Hmm…ini juga tak tepat (sembari mengerutkan dahi: berpikir). Jika tentara diidentikkan dengan kegagahan dan kegigihannya membela tanah air, maka kehebatan itu tak mampu melampaui kepunyaanmu ibu. Gagahmu dalam menawarkan lengan, membuat saya nyaman dalam dekapan, memastikan tak ada satu pun yg mengganggu ketenteraman. Gigihmu saat meyakinkan saya tentang mimpi2, mengejar pelangi hingga ke ujung bumi, menghampiri matahari bahkan ketika ia tak menyinari.
Dewi dari kahyangankah?? Haha…saya tertawa, bukan ini juga. Jika dewi2 itu punya kelembutan seperti sutera, maka yg kau miliki tak bisa jadi tandingannya ibu. Too far. Because your heart is so special. Filled with sensitive emotion, yg bisa selalu jadi tempat aduan dan merebahkan kepala di pangkuan. And wherever life will take me, I’ll always have your deep devotion.
Hmm…seperti apa lagi ya?? Aahh ibu, seberapa pun banyak sosok2 hebat yg berkelebihan, tetap ibu yg jadi jagoan. Keberadaanmu seperti udara bu. Syarat perlu dalam dunia saya yg mejikuhibiniu. Cintamu, airmatamu, perhatianmu, peluhmu, darahmu, doamu, sungguh tak mampu kuganti dengan apa tak tahu. Hanya bisa sampaikan pesan pada Tuhan pemilik rindu, siapkan satu tempat terindah di SurgaMU untuk ibu.
Can’t say anything other than Alhamdulillahi jazaakillahu khoiro ibu… for everything you have gave to me…
***
Klik (telepon ditutup dari seberang sana)
Teman Mamah : si neng bade meser naon bu??
(si neng mau beli apa bu?)
Mamah : printer leptop saurna mah.
(katanya printer leptop)
Teman Mamah : oh, nu kumaha printer leptop teh?? Sami teu sareng printer komputer??
(oh, yg kaya gimana printer leptop itu? Sama ngga dengan printer komputer?)
Mamah : hmm…beda penginten, da leptop oge beda sareng komputer, upami printer leptop mah panginten tiasa dicandak kamana wae.
(hmm…sepertinya beda, kan leptop juga beda sama komputer, kalo printer leptop mungkin bisa dibawa kemana aja)
Teman Mamah : naha tiasa kitu??
(kenapa bisa begitu?)
Mamah : pan leptop na oge tiasa dicandak kamamana.
(kan leptopnya juga bisa dibawa kemana2)
Teman Mamah : ohh…??*&^%$#@
***
Ibu, miss u so ^^
I’ll do my best…
No comments:
Post a Comment